...

5. Sunk Cost

Artikel - 1 month ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

ATOMMS Logical Fallacy | Extermination

 

5. Sunk Cost

 

Berikut kita bahas sebuah cacat logika yang sangat banyak Kaum Muslimin mengidapnya, yaitu :

“Sunk Cost”.

 

“Sunk Cost” adalah sebuah kesalahan logika yang terjadi ketika seseorang mempertimbangkan sesuatu yang telah dikeluarkan di masa lalu (sunk cost) dalam membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan di masa depan.

 

Dalam ekonomi, “sunk cost” adalah kesalahan logika ketika memahami biaya (pengorbanan) yang telah dikeluarkan pada masa lalu. Padahal dasar argumentasi untuk membuat sebuah keputusan, seseorang sebenarnya tidak boleh mempertimbangkan sunk cost, karena itu tidak relevan dengan keputusan yang harus diambil untuk tujuan masa depan.

 

Contoh Sunk Cost Fallacy :

 

- “Orang tua saya yang miskin sudah mengeluarkan uang begitu besar untuk biaya pendidikan, maka saya harus jadi orang kaya”

- “Saya sudah mengeluarkan uang banyak untuk sedekah, bakti sosial, demi personal branding yang baik, maka saya harus dianggap sebagai orang yang dermawan, saya harus mendapat benefit lebih besar.”

 

Padahal seseorang yang memiliki tujuan untuk kaya, agar tidak mengalami kesulitan, agar sejahtera, agar bisa membantu orang lain, bukan karena motif masa lalu, atau motif menjadi kaya dari jalan yang merugikan orang lain, menempuh yang haram, atau ibadah yang kemudian melenceng kepada riya’ atau ada motif lain, di mana ini tidak relevan alias sesat pikir.

 

Atau

 

- “Orang tua saya sudah berkorban banyak untuk menjadikan saya seorang tokoh agama (ustadz), maka saya harus menjadikan agama sebagai mata pencaharian, mendapatkan uang banyak, jamaah saya harus banyak, membuat kajian berbayar, berceramah yang mengakomodir dan disenangi banyak orang.”

- “Saya pernah mengorbankan waktu untuk hadir di kajian, namun saya sehari tidak “narik” (online) dan kehilangan omset ratusan ribu. Karena mengaji, saya kehilangan banyak waktu untuk pekerjaan saya, bisnis, dan pergaulan sosial saya, yang mana saya kehilangan banyak uang. Saya sibuk karena pekerjaan dan aktivitas saya, jadi tidak ada waktu untuk mengaji.”

 

Padahal, menjadi tokoh agama (ustadz) adalah mencerdaskan umat perihal pemahaman agama yang benar, didorong visi dan misi yang mulia, berorientasi akhirat, bukan karena motif apa (biaya/effort) yang telah dikeluarkan pada masa lalu, bukan hanya sekedar untuk mendapatkan banyak uang, banyak jamaah, apalagi dengan menempuh jalan dakwah yang salah dan menyesatkan umat dari pemahaman agama yang benar.

 

Padahal mengaji (kepentingan akhirat) bukanlah sesuatu yang harusnya dia korbankan demi urusan dunia (kepentingan dunia). Padahal mengaji dan muamalahnya adalah 2 hal yang berbeda dan bukanlah perbandingan.

 

Dalam contoh-contoh di atas, seseorang mempertimbangkan “sunk cost” dalam membuat keputusan, padahal itu tidak relevan dengan keputusan yang harus diambil di masa depan, padahal dia memiliki dan meluangkan sangat banyak waktu untuk urusan dunia, namun anehnya dia seakan tidak memiliki waktu untuk urusan akhirat. Sunk cost fallacy, adalah kekeliruan mempertimbangkan apa yang telah dikorbankan pada masa lalu, dan apa yang dikorbankannya untuk masa depan, yang mana ini dapat menyebabkan seseorang membuat keputusan yang tidak rasional dan tidak efektif, bahkan keputusan salah yang kemudian membuat seseorang tersesat dari tujuan sebenarnya.

 

Untuk menghindari sunk cost fallacy, seseorang harus mempertimbangkan hanya biaya dan manfaat yang relevan, membuat keputusan yang baik, yang harus diambil untuk kepentingan masa depan, dan tidak mempertimbangkan pengorbanan yang telah dikeluarkan di masa lalu.

 

“Sunk Cost” adalah suatu kesalahan logika karena pola pikir dasar argumentasi yang keliru, yaitu biaya, terlebih biaya atau pengorbanan lain yang telah dikeluarkan pada masa lalu, menjadi indikator dalam melakukan sesuatu Kebenaran, suatu pendapat harus dinilai berdasarkan bukti ilmiah dan alasan yang kuat, berdasarkan motif dan benefit yang sebenarnya, bukan membandingkan dengan perbandingan yang keliru, yaitu biaya ataupun pengorbanan pada masa lalu sebagai indikator langkah untuk melakukan sesuatu di masa depan.

 

Jika, ada gejala demikian dalam cara kita berpikir atau cara kita berlogika, maka kita sedang mengidap cacat logika atau mengalami logical fallacy, “Sunk Cost”.

 

Kembalikan kebenaran dalam berkesimpulan, dengan argumentasi atau pendapat yang berdasarkan fakta dan bukti ilmiah yang kuat, bukan mengalihkan kebenaran dan membuat kesimpulan berdasarkan membandingkan dua pilihan, atau dua sebab akibat yang keliru.

 

..Wallahu a’lam..