...

BRAGGADOCIO

Artikel - 4 months ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

BRAGGADOCIO

 

“Braggadocio”, apakah kamu pernah mendengar istilah kata ini? Mungkin tidak pernah, namun taukah kamu bahwa istilah dari kata ini mungkin ada yang melekat di dalam diri kita, yaitu kata lain dari kata sifat yang berarti “Sombong”.

 

“Sombong”, dikenali juga dengan istilah angkuh, atau besar diri, termasuk besar kepala, besar mulut, congkak, bongah, dsb. Sombong dalam bahasa Arab dikenali dengan istilah “Al Kibr”.

 

“Al Kibr”, atau Al Kibru, dikenali juga dengan istilah Al Bathar, Takabbur, dsb, ini adalah permasalahan pada bab-bab keislaman yang di masukkan ke dalam kategori yang sangat serius, karena sebab kesombongan ini pula yang menyebabkan Iblis terusir dari Surga dan terkutuk selama-lamanya.

 

Braggadocio, Sombong, atau dalam istilah syar’i yang disebut Al Kibr, akan kita bahas dan kupas tuntas secara singkat namun padat pada kesempatan kali ini.

 

************************

 

Kesombongan adalah kejahatan yang paling besar dan paling pertama, yang mana pelaku dari dosa besar ini bernama Iblis atau Syetan. Kesombongan adalah sebuah dosa besar yang menyebabkan pelakunya terusir dari Surga dan terkutuk selama-lamanya.

 

Kesombongan adalah bentuk penolakan terhadap perintah yang Haq, sebagaimana penolakan Iblis terhadap perintah Allah bersujud kepada Adam. Semua makhluk taat, tunduk, dan patuh pada perintah Allah yang haq ini, kecuali Iblis.

 

Kesombongan adalah penghalang utama nomor satu yang mana tidak ada lagi di atasnya, terhadap hadirnya hidayah. Seseorang bisa saja kedatangan hidayah, namun seseorang bisa terhalang dari hidayah tersebut, terpisah sebuah tembok sangat tebal dan besar yang menghalanginya, yaitu bernama kesombongan.

 

Kesombongan adalah maksiat pertama, yang Allah dimaksiati dengannya. Sebagaimana pelaku pertama maksiat ini adalah Iblis yang menolak ketika kedatangan perintah, bahkan perintah yang datang dari Allah. Iblis menolak perintah Allah karena kesombongan, dan atas kesombongan itu, Iblis terusir bahkan setelah masuk ke dalam Surga, terkutuk selama-lamanya, dan bertempat tinggal kekal di Neraka.

 

Kesombongan bukan masuk kategori atau golongan dosa syubhat, melainkan masuk kategori atau golongan dosa maksiat. Pelaku dosa maksiat kesombongan ini sejatinya lebih berdosa daripada pelaku dosa syubhat. Pelaku dosa syubhat semisal : ikut Yasinan, Tahlilan, Maulidan, Qunut Subuhan, dsb, melakukan perbuatan tersebut karena ketidaktahuannya yang disebabkan kebodohan, sedangkan pelaku dosa maksiat kesombongan melakukannya dengan kesadaran penuh, tahu, mengetahui, paham, memahami, berilmu, memiliki ilmu, namun menolak sebuah perintah yang haq, yang persis diketahui oleh pelaku bahwa perintah yang haq ini datang dari Allah Azza wa Jalla. Pelaku dosa syubhat, yang kemudian mungkin dilakukannya terus dan berulang-ulang, tidak menyebabkannya pasti masuk Neraka, sedangkan pelaku dosa maksiat kesombongan hanya membutuhkan cukup sebuah kesombongan yang menyebabkannya pasti masuk Neraka, pasti terkutuk, dan bahkan kekal selama-lamanya kelak di dalam Neraka.

 

Kesombongan adalah satu-satunya dosa besar maksiat yang bisa menyebabkan pelakunya terkutuk, kelak kekal di dalam Neraka. Kesombongan adalah satu-satunya dosa besar maksiat yang bahkan jika hanya sekali dilakukan akan menyebabkan pelakunya terkutuk dan kelak akan kekal di dalam Neraka. Kesombongan adalah satu-satunya dosa besar maksiat yang bahkan belum dilakukan namun sudah terancam tidak akan mencium bau Surga, apalagi masuk ke dalam Surga. Kesombongan adalah satu-satunya dosa besar maksiat yang mana bahkan ada sebiji zarrah di dalam hatinya, terancam tidak akan masuk ke dalam Surga, bahkan mencium baunya.

 

Kesombongan bukanlah sifat, sikap, dan perilaku seorang Muslim, melainkan sifat, sikap, dan perilaku cerminan Kaum Kafir. Kesombongan bukanlah cerminan perilaku Islam, melainkan cerminan perilaku kekufuran, perilaku yang bisa membuat seseorang keluar dari Islam, keluar dari Surga, perilaku orang-orang Kafir, yang mana mereka terkutuk dan kekal di dalam Neraka.

 

Kesombongan adalah cerminan perilaku kufur, dilakukan orang-orang Kafir, dari makna kata Ka, Fa, Ro, yaitu : tertutup, terhalang, dari kebenaran, tertutup, terhalang, dari hidayah.

 

Orang-orang, bisa saja kedatangan hidayah, mendapati kebenaran, mengetahui kebenaran, namun belum tentu bisa mengikuti kebenaran, belum tentu bisa merasakan hidayah, belum tentu bisa menerima perintah, yaitu di mana ketika ada sebuah dosa maksiat terbesar yaitu kesombongan di dalam dirinya.

 

************************

 

Kesombongaan, didapati dalam beberapa dalil baik ayat-ayat Al Quran dan Hadits Shahih, maupun Sunnah, yaitu : menolak kebenaran dan meremehkan manusia.

 

1. Menolak Kebenaran

Selain penolakan Iblis terhadap perintah Allah terkait sujud kepada Adam, ada banyak lagi model lain yang merupakan cerminan kesombongan. Misal :

 

Sudah datang dari Allah tentang keutamaan dan ketinggian Allah dan RasulNya, namun perintah-perintahNya di tolak. Sudah datang dari Allah dan RasulNya tentang Rububiyah, Uluhiyah dan Asma Wa Sifat, namun di tolak. Ini adalah kesombongan.

 

Sudah datang dari Allah keutamaan Ulil Amri, taat, dan sabar terhadap mereka, namun di tolak. Sebagian dari kita merasa Muslim, mengaku Muslim, tetapi menolak perintah (yang haq) dari Ulil Amri, mereka melawan, membangkang, unjuk rasa protes, mencaci maki, mendemo, ikut serta demokrasi, dan lainnya. Ini adalah kesombongan.

 

Sudah datang dari Allah keutamaan Orang Tua, tidak diperkenankannya menolak pada perintah mereka (yang haq), bahkan untuk tidak berkata “ah”, namun ini ditolak. Sebagian dari kita merasa Muslim, mengaku Muslim, tetapi menolak perintah Orang Tua nya, membangkang, melawan kepada Orang Tua nya, berkata kasar kepada Orang Tua nya. Ini adalah kesombongan.

 

Sudah datang dari Allah keutamaan seorang Ahli Ilmu, Ulama, Ustadz, Guru, wajib mengedepankan adab, taat, patuh, tunduk, pada setiap perintah mereka (yang haq), namun di tolak. Sebagian dari kita merasa Muslim, mengaku Muslim, tetapi berani menolak seorang Ahli Ilmu, Ulama, Gurunya (dengan keilmuan yang haq) bahkan dengan berani membangkang, melawan, mengatur, dsb. Ini adalah kesombongan.

 

Sudah datang dari Allah keutamaan seorang Suami, wajib mengedepankan adab, taat, patuh, tunduk, pada setiap perintah mereka (yang haq) namun di tolak. Sebagian dari kita merasa Islam, mengaku Muslimah, tetapi berani menolak suaminya, bahkan berani membangkang, melawan, mengatur suaminya. Ini adalah kesombongan.

 

Diperintahkan Allah dan RasulNya muamalah yang halal, dia tolak, dia tau Allah dan RasulNya haramkan Riba, Rizwah, Gharar, namun ditolaknya, dianggapnya tidak apa-apa, padahal sejatinya dia sedang mengajak perang Allah dan Rasulnya, padahal penolakan ini menyebabkannya sempit, terkutuk, bahkan kekal di Neraka. Ini adalah kesombongan.

 

Diperintahkan patuh pada Ulil Amri, Orang Tua, Guru, Suami, namun ditolak. Diperintah zakat maal, dia tolak, diperintah sedekah, dia tolak (kecuali sedikit), diperintah amal shalih (yang haq) oleh gurunya, dia tolak, diperintah untuk berjalan (berupaya) dalam rangka mempelajari agama Allah, dia tolak, diperintah menutup aurat menutupi area dada (hijab terusan menutupi dada), di tolak, malah pakai kerudung (hijab lilit). Ini adalah kesombongan.

 

Diperintah mengejar akhirat, dia tolak malah mengejar dunia. Diperintah untuk hanya menyembah dan taat kepada Allah saja, dia tolak, dia malah menyembah dan taat bahkan takut kepada manusia, kepada bosnya, clientnya, relasinya, jamaahnya, komunitasnya, followernya, bahkan istrinya. Ini adalah kesombongan.

________________________

 

2. Meremehkan Manusia

Selain menolak kebenaran, segala sifat, sikap, dan tindakan yang meremehkan manusia adalah cerminan kesombongan. Misal :

 

Tidak mau berkontribusi, padahal mampu, tidak mau berpartisipasi padahal mampu, termasuk tidak peduli, acuh tak acuh, adalah bentuk lain dari meremehkan orang lain. Ini adalah kesombongan.

 

Lambat dalam merespon, karena merasa ada hal lain yang lebih penting, Lemah dalam kepedulian dan tolong menolong karena merasa ada keperluan pribadi yang lain, adalah bentuk lain dari meremehkan orang lain. Ini adalah kesombongan.

 

Egois, mementingkan dirinya sendiri, selalu mendahulukan urusannya, padahal ada orang lain yang lebih berat dan penting urusannya, yang lebih perlu, yang lebih butuh, adalah bentuk dari meremehkan orang lain. Ini adalah kesombongan.

 

Tidak menghargai orang yang lebih tua, lebih senior, lebih pintar, lebih alim, lebih ahli, adalah bentuk lain dari meremehkan orang lain. Ini adalah bentuk kesombongan.

 

Menunjukkan sifat, sikap, dan tindakan yang meremehkan manusia, baik bahasa tubuh, bahasa lisan, maupun bahasa tulisan.

 

Menunjukkan bahasa tubuh yang meremehkan manusia, sombong, diantaranya gaya berpakaian berlebihan, gaya hidup berlebihan, tidak mau seruangan dengan orang di bawahnya, tidak mau makan bersama dengan orang di bawahnya, tidak mau menyapa, tidak sopan, tidak santun, kepada orang-orang di bawahnya, memainkan HP saat orang berbicara kepadanya, dsb. Ini adalah kesombongan.

 

Menunjukkan bahasa lisan / tulisan yang seakan meremehkan, tidak santun dan tidak sopan, berbicara dengan nada tinggi, sombong, keras, kasar, tidak memberi salam, tidak menjawab salam, mengacuhkan ketika seseorang sedang berbicara. Ini adalah kesombongan.

 

Menunjukan kelebihan dirinya, kelebihan fisiknya, kelebihan bakatnya, kelebihan hartanya, dihadapan orang- orang yang kurang memilikinya, termasuk jika ditarik pada perilaku zaman ini yaitu posting status kelebihan diri, kelebihan harta, tentunya ini dilakukan dihadapan orang yang kurang memilikinya. Ini adalah kesombongan.

 

Menunjukkan segala bentuk ingin dihargai, namun sebaliknya dia tidak menghargai orang lain, sikap dan perilakunya tanpa disadari telah merugikan orang lain, bahkan menyakiti orang lain, ini adalah bentuk lain dari meremehkan manusia. Ini adalah kesombongan.

 

**********************

 

Kabar buruknya, kesombongan, bukanlah syubhat di mana pelakunya mungkin tidak tau perilaku tersebut berdosa. Kesombongan adalah maksiat di mana pelakunya dalam kesadaran penuh ketika melakukannya, yang mana dosa dari kemaksiatan besar ini, berbuah kekufuran, keluar dari Islam, keluar dari Surga, terkutuk, kelak akan kekal selama-lamanya di Neraka, walaupun belum dilakukannya, walaupun kesombongan itu ada di dalam hatinya walau sebesar sebiji zarrah saja.

 

Kabar baiknya, kesombongan adalah dosa maksiat, yang masih bisa dihapuskan dengan bertaubat. Jika Iblis bertaubat kepada Allah dan mau sujud kepada Adam, maka niscaya Allah akan ampuni dengan sifatNya yang Maha Pengampun. Jika manusia bertaubat kepada Allah atas kesombongannya, dan kepada manusia-manusia lain yang diremehkannya, maka nicaya Allah masih akan ampuni dengan sifatNya yang Maha Pengampun.

 

Adapun Iblis tidak bertaubat, walaupun padahal Iblis tau dan juga meyakini Allah, sebagaimana kita juga tau dan meyakini Allah, maka dia keluar dari Surga, terkutuk selamanya, dan kekal di dalam Neraka adalah keniscayaan. Adapun jika kita, para pelaku kesombongan, tidak juga bertaubat, walaupun kita mengaku Islam, mengaku Muslim, meyakini Allah, maka perilaku kufur itu mengeluarkan kita dari keislaman, sekali lagi walaupun kesombongan itu hanya sebesar biji zarrah, kelak kita tidak akan mencium bau Surga, apalagi memasukinya, melainkan dosa maksiat kufur kesombongan ini, menyebabkan kita terkutuk, kelak akan kekal di dalam Neraka.

 

..Wallahu a’lam..