...

Cerdas

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Di antara semua para sahabat, salafush shalih, dan semua yang bermanhaj salaf yang memahami dan mengikuti Al Quran serta As Sunnah (Mereka yang masuk kaum minoritas atau 1 diantara 73 golongan kaum Muslimin) memiliki satu ciri khas besar, yaitu Cerdas.

  1. Abu Bakar tau persis (cerdas) bahwa tidak mustahil bagi Nabi Allah melakukan perjalanan Isra Mi’raj dalam waktu kurang dari semalam.
  2. Umar yang merupakan seorang akademisi, tokoh intelektual Quraisy, Ahli Bahasa Arab, dan penulis tau persis (cerdas) bahwa perihal shalawat kepada Nabi adalah dengan bertanya kepada Nabi mengenai apa redaksi shalawat yang benar, bukan membuat buat redaksi shalawat baru.
  3. Utsman yang merupakan tokoh besar dan sangat memiliki pengaruh besar bagi Kaum Muslimin tau persis (cerdas) bahwa membeli mata air sangat mahal dari Yahudi dan membuat pahala dari ibadah itu mengalir hingga kini. Beliau mau di Imami oleh Kaum Khawarij ketika masa pemberontakan Khawarij. Beliau tidak melawan, demo, demokrasi, bahkan menggerakkan massa.
  4. Ali disaat sakit tau persis (cerdas) dengan tidak menolak dan bersedia memimpin perang ketika ditunjuk Rasul (tidak alasan uzur ini itu) karena tau persis bahwa perintah ini dari Allah dan Rasulnya dan agama ini akan menang, tidak takut, tidak ragu, walaupun kondisi beliau sedang ada uzur.
  5. Abdurrahman bin Auf, orang super kaya tau persis bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan hartanya bertambah. Beliau sangat takut dengan ada hak orang lain pada banyaknya harta yang miliki, dan beliau mensedekahkannya, dan harta beliau malah bertambah banyak.
  6. Thalha, Zubair, dan Awwam tidak ragu (cerdas) ketika diperintah untuk memimpin (menjadi gubernur) di berbagai daerah, semakin beliau tidak menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi, semakin luas daerah kekuasaan Kaum Muslimin, semakin luas dan lebar tanah dan harta kepemilikan mereka.
  7. Bilal, seorang budak dari kalangan rendah, tidak sekolah, dan tidak berpendidikan tetapi tau persis (cerdas) menolak, “laa”, ketika bahkan dipaksa menyebutkan kalimat kalimat kekufuran, kalimat yang bisa menggugurkan tauhid.
  8. Abu Hurairah, tokoh konglomerat super kaya, tau persis (cerdas) dia “menukar” kekayaannya, hidup mewahnya, dengan menempuh perjalanan, masuk islam, dan hidup sangat sederhana untuk menemani Nabi agar mendapatkan banyak ilmu dari-Nya
  9. Ubay, yang paling hafal, paling baik bacaan, Al Quran, tau persis (cerdas), tidak mengkoreksi bacaan Nabi shallallahu alaihi wasallam, kecuali ditanya Nabi, beliau tidak berani mengajari/mengkoreksi orang mengajari beliau.
  10. Muadz, tau persis (cerdas) bahwa semua rahasia yang Nabi ceritakan bukanlah untuk dirinya semata, melainkan kelak untuk disampaikan kepada yang lain diwaktu yang tepat. Beliau paham jika ini memang rahasia, kenapa harus disampaikan kepada beliau.
  11. Khadijah, Saudah, Zainab, Hafsah, Aisyah dan lainnya, tau persis (cerdas) kemuliaan poligami sehingga mau berbagi orang yang bahkan sangat dicintainya. 
  12. Fatimah, tau persis (cerdas), ketika dibisiki oleh Nabi dihadapan Istri Istri beliau, beliau tau bahwa ini rahasia, dimana ketika ditanyakan kepadanya, beliau menjawab ini rahasia. Dan banyak kisah kisah lainnya.

Radhiallahu alaihim jami’an.



Mereka (1 dari 73), kaum minoritas yang benar dalam memahami agama ini, memiliki satu ciri khas utama, yaitu kecerdasan. Kecerdasan ini bukan hanya sebatas teori atau praktik atau gelar cum laude, profesor, doktor, mahasiswa UI, atau ahli dalam berbagai bidang ilmu dan keterampilan. Mereka cerdas dalam konteks agama, memiliki pemahaman yang mendalam, dan kecerdasan inilah yang menjamin keselamatan dan kesuksesan mereka di akhirat, saat masuk Surga.

Mereka bukanlah orang yang pandai dalam matematika, fisika, kimia, akuntansi, psikologi, komunikasi, atau keahlian lainnya. Mereka adalah orang-orang yang cerdas ketika menghadapi permasalahan agama, mereka mendapatkan petunjuk hidayah, dan dengan tulus menerima serta memegang erat keyakinan mereka tanpa ragu, tanpa keraguan, dan dengan tekad yang kuat.



Sebaliknya, betapa banyak Kaum Muslimin (72 dari 73) yang bodoh, tidak pintar, tidak cerdas, tidak mengerti, tidak paham, Qadarullah dikehendaki Qauniah Allah, menjadi contoh bagi kita, tidak mampu menerima hidayah, masuk kanan keluar kiri, pikir pikir, tidak dikehendaki hidayah, takut, tidak yakin, dan tidak bertauhid.

Sebaliknya, sekian banyak orang ber-KTP Islam, mengaku muslim, jenggotan, cingkrang, pakai peci, Dai, Ustadz, Ulama, Prof, Doktor, Lc, MA, Ph.D, Master, Sarjana, makan bangku sekolah, tetapi bodoh, tidak paham, tidak pintar, tidak cerdas, tidak mengerti, tidak paham, Qadarullah dikehendaki Qauniah Allah, menjadi contoh bagi kita, tidak mampu menerima hidayah, masuk kanan keluar kiri, pikir pikir, tidak dikehendaki hidayah, takut, tidak yakin, dan tidak bertauhid.

Sebaliknya, (72 dari 73) bodoh dia, dia zikir zikir, doa doa, kumpul kumpul dalam rangka ibadah, merayakan hari Isra Mi’raj, tidak paham, apa hakikat dari Isra Mi’raj, apa tuntunan dalam agama ini, mana yang sunnah, mana yang bid’ah.

Sebaliknya, (72 dari 73), bodoh dia, membuat ritual baru, membuat doa baru, membuat ibadah baru, membuat pemahaman baru, pemikiran baru, pikir pikir, bertanya tanya (tidak yakin), didalam agama ini.

Sebaliknya, (72 dari 73), bodoh dia, menjelek jelekkan, memberontak, membangkang, melawan, bahkan berkhianat kepada ulil amri, membuat golongan golongan, masuk partai, membuat pergerakan, ikut kedalam demokrasi, ikut kampanye, dan ikut pemilu.

Sebaliknya, (72 dari 73), bodoh dia, sehat, mampu, sanggup, bisa, ada waktu, ada uang, ada bensin, tetapi banyak alasan, banyak janji padahal dusta, padahal ringan tubuhnya untuk urusan dunia namun berat tangan dan kakinya untuk agama Allah, padahal tidak ada adab dia, padahal tidak ada akhlak dia, padahal tidak beretika dia, padahal takut istri dia, padahal takut rugi dia, padahal takut miskin dia.

Sebaliknya, (72 dari 73) bodoh dia dengan mendua, khianat, selingkuh, musyrik, berharap kepada Kafir, bosnya, istrinya, manusia, uang, thagut, dajjal, dan dunia.

Sebaliknya, (72 dari 73) dia pikir dengan pikirannya, logikanya, otaknya, merasa pintar, padahal bodoh dia, tidak tau siapa Tuhan-nya, siapa Nabi-nya, siapa Ulil Amri-nya, siapa suami-mya, siapa guru-nya, menolak dia, melawan dia, bangkang dia, mendebat dia, pikir pikir dia, maju mundur dia, angin anginan dia, tidak patuh dia, banyak alasan dia, banyak uzur dia, tidak tau diri dia, tidak tau terimakasih dia, lebih buruk dari binatang Anjing dia, sebagaimana pepatah mengatakan “Anjing saja tau cara terimakasih ketika diberi makan”.

Sebaliknya, (72 dari 73) pintar matematika, pintar tambah tambahan, pintar kurang kurangan, tetapi bodoh dia, takut sedekah dia, takut zakat dia, takut bangkrut dia, padahal dia tidak tau sedekah/zakat adalah memindahkan hartanya keatas langit, dan tidak akan habis melainkan bertambah tambah hartanya, bertambah tambah hartanya, kaya raya dia, dia tidak tau mana yang harus didahulukan, tidak tau mana yang prioritas, tidak tau mana yang penting, dia mendahulukan/mengerjakan yang tidak penting, padahal dia meninggalkan/mengabaikan, menolak, yang jauh lebih penting, dia tidak tau mana yang dekat, dia malah mengerjakan yang jauh, dia malah memikirkan besok, padahal mengabaikan hari ini.

Sebaliknya, (72 dari 73) bodoh dia, tasyabuh, ikut kelakukan kafir, berdoa pada lilin, merayakan ulang tahun, mengucapkan selamat natal, haleluya, puji tuhan, syirik, kufur perbuatannya, dia tau ini kufur (menyebabkan kekafiran) tetapi tetap dilakukannya dan super bodoh dia.

Sebaliknya, (72 dari 73) bodoh dia, takut suaminya diambil orang, takut poligami, padahal hubungannya/pernikahannnya ibadahnya bukan karena Allah semata, tetapi berharap validasi, status, kebutuhan biologis, kebutuhan ekonomi. Padahal tidak bikin kopi dia, tidak masak dia, tidak melayani suami dia, tidak patuh dia, tidak nurut dia, malah melawan dia, mendebat dia, bangkang dia, tidak respek dia, tidak menghargai dia, egois dia, tetapi berharap suami/pasangannya mencintai dia.

Dan banyak contoh lainnya.



Ketika membaca ini kita dapat mengerti dan paham, maka cerdas kita, maka Insya Allah termasuk 1 dari 73 kita, termasuk yang minoritas kita, termasuk orang orang yang punya otak, punya pikiran, punya logika, punya akal, dan Insya Allah ciri memahami pemahaman sebagaimana Salafush Shalih, termasuk orang orang yang selamat kita.

Jika, ketika membaca ini kita tidak mengerti dan paham, tidak nangkap, tidak nyambung, tidak connect, tidak merasa, tidak menyesal, tidak taubat, atau minimal masih (berani) “mikir mikir” maka bodoh lah kita, dungulah kita, yahudi kita, kufur kita, bisa masuk kepada kekafiran kita, lantas percuma otak, logika, gelar, jabatan, tabungan, sekolahan kita, maka pasti niscaya, celakalah kita, termasuk 72 dari 73 kita, rugi kita, bangkut kita, kelak masuk neraka kita. 


..Wallahu a’lam..