Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
عَلىَ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أَمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan, maka tidak perlu mendengar dan taat."
(HR. Bukhari, no. 7144 dan Muslim, no. 1839)
Lantas, bagaimana sikap seorang mukmin jika menghadapi persoalan persoalan berkaitan dengan kebijaksanaan penguasa tersebut? Apa yang harus dilakukan?
Dari ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Kemudian ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka saja dengan pedang?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya, namun tetap taat pada mereka.”
(HR. Muslim, no. 1855)
Kita lihat dan dapati Pemimpin kita berada dalam syahadat dan ibadah yang sama dimana dia fasilitasi semua kebutuhan ibadah kita; tempat ibadah, berqurban, berpuasa, zakat, haji, dsb. Alangkah baiknya kita sampaikan hajat kita dengan cara/adab yang benar, berkhusnuzon bahwa mungkin belum ada yang mengingatkan/mengarahkan/menasihati dia kepada syariat yang dibawa Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam
_____
Lantas
Bagaimana cara memberitahu Penguasa
Kita simak hadist berikut ini,
Dari ‘Iyadh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلاَ يُبْدِ لَهُ عَلاَنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوَ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ لَهُ
“Barangsiapa yang hendak menasihati penguasa dengan suatu perkara maka janganlah ia tampakkan di khalayak ramai. Akan tetapi hendaklah ia mengambil tangan* penguasa dengan empat mata. Jika ia menerima maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak, maka sungguh ia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang yang menasihati).”
(HR. Ahmad, 3:403. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain)
*) Hadits ini adalah Hadits Khusus, Hadits yang ditujukan untuk dilakukan oleh orang orang terdekat Penguasa yang bisa menggenggam tangan Penguasa, yang bisa mengajaknya 4 Mata, yang di-tsiqohi oleh penguasa, yang didengar nasihatnya oleh penguasa (Note : Bukan Sembarang Orang)
Adab seperti inilah yang dicontohkan Rasulullah dalam menasihati pemimpin. Kita jaga marwah nya dan jauhkan dari ucapan dan perilaku kasar kita. Bukan dengan berdemonstrasi secara terang-terangan menghinanya
Imam Syafi’i berkata :
”Barangsiapa yang menasihati dengan rahasia, maka ia telah menasihati dan menghiasinya. Dan barangsiapa yang menasihatinya dengan terang-terangan, maka sesungguhnya ia telah mempermalukan dan merusaknya.”
Tidakkah sadar kita telah membuka lebar pintu menuju kemaksiatan dengan emosi dan nafsu dan meninggalkan akal sehat kita? Bergerombol, berbondong-bondong berteriak, mencaci, menghina, menghujat dengan segala bentuk fitnah.
Belum cukup? Bercampurnya/ikhtilat antara laki-laki dan perempuan dalam satu kelompok, yang dapat merusak hati seseorang sehingga terdorong untuk memikirkan tentang zina dan bahkan melakukannya?
Barangsiapa yang tidak memiliki kemampuan untuk menasihati pemimpin yang zhalim, maka sebaiknya berdiam diri dan bersabar, sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam :
”Barangsiapa yang mendapatkan dari pemimpin(nya) sesuatu yang tidak menyenangkan, maka hendaklah bersabar. (Karena) sesungguhnya, barangsiapa yang keluar dari pemimpin, maka meninggal dalam keadaan jahiliyah.”
..Wallahu a'lam..