...

Friday The 13th

Artikel - 6 months ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Friday The 13th

 

Friday the 13th, atau hari Jumat tanggal 13 Desember yang dikaitkan dengan berbagai mitos kesialan. Menurut mitos barat, hari Jumat tanggal 13 atau Friday the 13th dianggap sebagai hari sial atau pertanda nasib buruk. Munculnya mitos seputar Friday the 13th sendiri sudah ada sejak tahun 1900-an di kalangan barat.

 

Friday the 13th, diartikan sebagai hari sial atau kesialan, keburukan, ketidakberuntungan, atau pertanda nasib buruk. Mitos ini diperkirakan berasal dari Perjamuan Terakhir, yang dihadiri oleh 13 orang, yakni Yesus Kristus dan 12 muridnya, pada Kamis Maundy. Selain itu, angka 13 dikaitkan dengan Yudas Iskariot, yang dikenal sebagai sosok pengkhianat Kristus. Tidak hanya itu, angka 13 juga dianggap tidak sempurna jika dibandingkan dengan angka 12, yang mewakili jumlah bulan dalam setahun.

 

Friday the 13th, juga dikaitkan dengan sejumlah peristiwa buruk dalam sejarah. Misalnya pada Jumat 13 Oktober 1307, terjadi peristiwa penangkapan ratusan Ksatria Templar oleh perwira Raja Philip IV dari Prancis, sebuah ordo keagamaan dan militer yang kuat pada abad ke-12 untuk pertahanan Tanah Suci.

 

Friday the 13th, adalah salah satu mitos di Amerika Serikat yang diyakini akan terjadi hal buruk atau kesialan tanpa alasan yang pasti. Pada hari ini, mereka yang percaya memilih lebih berhati-hati atau menghindari hal-hal tertentu. Bahkan, tak sedikit orang yang memilih bolos kerja pada hari Jumat tanggal 13. Mereka juga tidak memecahkan cermin, tidak berjalan di bawah tangga, atau tidak menyeberang di depan kucing hitam karena dianggap membawa sial.

 

Friday the 13th, beberapa orang Kristen percaya hari Jumat menjadi hari sial karena itu adalah hari dalam seminggu di mana Yesus disalibkan. Dalam Alkitab agama Kristen, Yudas, orang yang dikatakan telah mengkhianati Yesus, adalah tamu ke 13 pada perjamuan terakhir. Beberapa mengatakan asal muasalnya dari kode Hammurabi kuno, yakni salah satu kode hukum tertua (ditulis pada 1700an SM). Di situ, dilaporkan tidak mencantumkan hukum ke 13. Namun kenyataannya, hal itu sebenarnya hanya kesalahan yang dilakukan oleh salah satu penerjemah yang menghilangkan satu baris teks. Saat ini, banyak orang mengenali Friday the 13th sebagai sebuah judul film, dibanding mitos hari sial.

 

Friday the 13th, adalah simbol sebuah ketakutan semu, yang sebenarnya ketakutan itu tidaklah benar-benar ada. Ketakutan yang datang menghinggapi orang-orang awam, yang datang dari literatur-literatur yang keliru, padahal ketakutan ini tidak benar-benar ada, sebagaimana tidak ada apa-apa, dan kemudian istilah ini hanya dikenali sebagai judul dari sebuah film fiksi.

 

************************

 

Friday the 13th, rasa ketakutan akan sesuatu yang tidak jelas, di dalam Islam adalah termasuk kesyirikan, di dalam Islam juga didapati ketakutan-ketakutan yang demikian, ketakutan tidak berdasar, tidak logis, tidak masuk akal, menyalahi akal sehat, menyalahi ajaran agama, semisal :

 

1. Takut Hari Sial

Masih banyak sebagian Kaum Muslimin yang ikut-ikutan Umat Kristen dan menganggap Friday The 13th yang jatuh pada hari ini adalah hari sial. Bahkan dipahami sebagian Kaum Muslimin banyak juga hari-hari sial yang lain, selain hari ini. Padahal sebagaimana kita dapati hari ini adalah hari biasa, bukan hari yang buruk, bukan hari yang sial, bukan sebuah hari atau suatu momen yang harus ditakutkan.

 

2. Takut Tanggal Sial

Masih banyak sebagian Kaum Muslimin takut menganggap siap dan takut terhadap tanggal tertentu. Tanggal seperti 1 Suro atau lainnya disuku tertentu wajib dikeramatkan, wajib diadakan selamatan dan atau lainnya. Tanggal di mana ibadah pernikahan harus dihindari karena dianggap sial atau membawa petaka, di mana ini adalah ketakutan asumtif, tidak berdasar atau memiliki argumentasi ilmiah. Padahal tanggal seperti ini tiada beda dengan tanggal lainnya, didapati suku lain menjalani aktifitas normal pada hari ini tanpa ada suatu efek buruk apapun yang harus ditakutkan.

 

3. Takut Lantai Sial

Masih banyak sebagian Kaum Muslimin hari ini, mengikuti ketakutan tidak berdasar dari Kaum Agama lain, di zaman teknologi informasi dan internet, namun masih takut terhadap lantai tertentu. Lantai 4, lantai 13 dan lainnya, dimana dianggap lantai ini berhantu, sial, atau akan ada gangguan lainnya. Padahal sebagaimana kita dapati lantai tersebut tidak ada beda dengan lantai lainnya, lantai yang biasa, bukan lantai sial, bukan lantai berhantu, bukan lantai yang harus ditakutkan.

 

4. Takut Istri

Masih ada di zaman ini seorang suami yang takut kepada istrinya. Seseorang ini seperti sedang terkena ilmu hipnotis, dia takut kepada istrinya, dengan asumsi takut pisah, takut cerai, takut rumah tangga berantakan, takut harta warisan mertua, dan berbagai narasi asumsi di dalam kepalanya. Tidak jarang ketakutan terhadap makhluk ini membuat seorang hamba tanpa disadari melakukan kesyirikan kepada Tuhannya. Padahal ketakutan seperti ini sesungguhnya tidak ada, melainkan salah satu taktik iblis kepada dirinya agar memaksiati Tuhannya, berbuat kemaksiatan yang mukafirah (menyebabkan kekafiran). Padahal ketakutan asumtif itu tidak benar adanya, di mana istri adalah pengikut kepada suami sang pemimpin, seorang istri haruslah manut. Padahal istri adalah jenis manusia yang pada fitrahnya bisa diatur, bukanlah jenis makhluk harimau atau naga yang harus ditakutkan apalagi melebihi rasa takutnya kepada Allah dan RasulNya.

 

5. Takut Miskin / Takut Sedekah

Masih banyak sebagian dari orang-orang yang mengaku Muslim, namun takut dengan 2 kata ini. Mereka takut seakan menemui hantu, sangat dihantui rasa takut kelaparan, kemiskinan, kebangkrutan. Ini pula yang menyebabkan orang-orang tersebut lantas takut dalam berbagi, seakan takut cenderung alergi mendengar kata sedekah. Padahal kata miskin itu sesungguhnya tidak ditemui di dunia melainkan kata cukup, melainkan pasti Allah cukupkan kehidupannya, adapun sebutan orang-orang miskin di dunia sebagian besar di antara mereka disebutkan sendiri oleh Allah kelak mayoritasnya adalah penghuni Surga, adapun kata miskin itu sejatinya akan ditemui di akhirat dengan istilah “Muflis”, yaitu orang yang sebenar-benarnya miskin dan yang bangkrut kelak, selama di dunia disebutkan sendiri oleh Allah mayoritas di antara mereka adalah orang-orang yang kaya di dunia. Terlepas dari kaya atau miskin pada konteks kehidupan dunia, orang-orang ini didapati berciri-ciri takut bersedekah, orang-orang ini ketika miskin mereka beralasan tidak punya penghasilan, ketika kaya mereka beralasan banyak pengeluaran. Padahal takut miskin, takut sedekah itu sebenarnya tidak ada, melainkan hanya perwujudan lain dari takut kepada setan, dia sedang taat kepada bisikan setan, padahal tidak pernah ditemui orang yang miskin habis rezekinya melainkan Allah-lah yang menjamin rezekinya, padahal tidak pernah ditemui orang bersedekah habis hartanya melainkan asbab melimpahnya rizki yang berkah, terhindarnya dari berbagai macam musibah. Ketakutan seperti ini sebenarnya tidaklah ada, ketakutan seperti ini adalah jenis lain dari takut kepada selain Allah (kesyirikan) yang bisa berakibat kekal di Neraka.

 

*************************

 

Ketakutan kepada sesuatu yang seharusnya tidak kita takutkan, ketakutan ini hanya datang menghinggapi orang- orang awam, yang datang dari literatur-literatur yang keliru, informasi keliru, sumber yang keliru, padahal ketakutan ini sebenarnya tidak benar-benar ada. Pada bab-bab tauhid dijelaskan bahwa ini jelas merupakan bentuk dari kesyirikan, dosa besar lagi berat, bentuk kemusyrikan, menduakan Alah, menolak Allah, rasa takut kepada selain Allah, meremehkan kebesaran Allah, menyebabkan kekufuran dengan ancaman siksa amat pedih yang kekal di Neraka.

 

Ketakutan kepada sesuatu yang tidak perlu ditakutkan seperti ini perlu dilawan, diselisihi, dan ditabrak dengan hantaman yang keras.

_____

 

Takut pada kuburan gelap, kita tabrak dengan berjalan di kuburan malam hari. Kegiatan ini bahkan dilakukan orang awan, mereka mabuk, nongkrong, main gitar, bermaksiat di kuburan, dan memang tidak ada apa-apa, tidak menakutkan.

 

Takut pada setan, kita tabrak dengan bersendirian bangun tengah malam. Ketika ada gangguan, bentaklah dia hingga ketakutan. Ketika kegiatan ini dilakukan, ternyata memang tidak ada apa-apa, tidak ada yang menakutkan.

 

Takut pada hari sial, tanggal sial, lantai sial, kita tabrak dengan melakukan aktivitas pada hari tersebut, tanggal tersebut, lantai tersebut. Ternyata tidak ada apa-apa, ternyata tidak ada yang menakutkan.

 

Takut pada istri, kita tabrak ketakutan itu dengan mentarbiyah sesuai tuntunan Allah dan Rasulnya, dengan ketaqwaan kita kepada Allah. Kita ikuti tuntunanNya, niscaya istri sedang kita tuntun kepada Surga, sebaliknya jika tidak, kita sedang dituntun istri kita ke dalam Neraka, rumah tangga yang sedang mengarah ke Neraka. Ketika ini dilakukan, ternyata toh tidak ada apa-apa, tidak ada yang menakutkan.

 

Takut pada kemiskinan, takut pada sedekah, kita tabrak ke arah yang sebaliknya, kita irit / pelit / hemat terhadap kepentingan dunia, namun royal terhadap kepentingan akhirat. Hal ini bahkan dilakukan driver online, yang sedia membantu temannya, dan hidupnya toh tetap tidak apa apa. Ketika ini dilakukan, ternyata tidak apa apa, tidak ada yang menakutkan.

_____

 

Ketakutan seperti ini, ketakutan terhadap sesuatu yang tidak perlu ditakutkan, didapati diistilahi lain dengan “Phobia”. Kita dapati orang yang mengidap phobia ini, takut air padahal tidak ada apa-apa,, takut gelap padahal tidak ada apa-apa, takut naik pesawat padahal tidak kenapa-kenapa. Phobia adalah gangguan mental, gangguan jiwa, gangguan pada pikiran, yang penyembuhannya adalah dengan menabrak rasa ketakutan itu dan melakukannya.

 

Ketakutan seperti ini, ketakutan terhadap sesuatu yang tidak perlu ditakutkan, adalah tanda gagalnya logika, tanda rapuhnya kemampuan berpikir logis, tanda kebodohan, tanda kejahilan. Kebodohan ini dapat mengidap di dalam kepala selamanya, yang jika tidak segera diobatinya, yang jika tidak segera diantisipasinya, kebodohan ini bisa menyebabkan dia ke Neraka.

 

Ketakutan ini datang dari kebodohan dan kedunguan, namun ini masih bisa diobati, diantisipasi, dengan membaca buku, membaca referensi, literatur ilmu, membaca tuntunan agama, belajar agama, belajar dari fakta, realita, yang bisa dilihatnya jika dia membuka mata, dan tentunya jika dia beruntung diizinkan oleh Allah Ta’ala, bisa menerima hidayahNya.

 

 

 

..Wallahu a’lam..