...

Jangan Menunda Taubat

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Ada sebuah hal yang seharusnya kita lakukan setiap hari, setiap waktu yaitu : Bertaubat. Ini dikarenakan setiap waktu sepanjang waktu kita selalu dalam keadaan berdosa. 

Sebagaimana ada banyak Dalil, banyak Ayat, banyak Hadits, menyatakan bahwa setiap hari kita dalam keadaan dosa, keadaan rugi, dimana seandainya kita tau menjeritnya suara orang yang dipukul ubun-ubun kepalanya oleh malaikat Munkar dan Nakir pada saat menerima siksa kubur, ketika kita disiksa kubur karena tidak cebok kencing (hal sepele), disempitkan kuburan kita hingga bersilangan tulang iga kanan dan iga kiri kita, dimana suara jeritan menahan siksaan itu hanya didengar oleh selain manusia. Dimana seandainya kita mendengar suara ini maka tidak lagi kita berhasrat untuk dunia, melainkan semua orang akan melakukan shalat, melakukan ibadah kepada Allah, melakukan taubat meminta ampun kepada Allah. Dimana setiap hari apa yang kita lakukan adalah kelalaian, kelupaan, kealpaan, jauh dari maksud Allah menciptakan (jin dan) manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah. Bagaimana dunia ini tidak menipu dan menyibukkan sehingga kita lupa bahwa kodrat kita, yaitu Menyembah dan Beribadah kepada Allah ﷻ.

Allah Azza wa Jalla sangat senang apabila hambaNya melakukan taubat, sebagaimana Dalil menyebutkan bahwa betapa begitu senangnya Allah terhadap hambaNya yang datang bertaubat dan meminta ampun kepadaNya, ibarat senangnya seseorang yang kehilangan Unta Merah (taruhlah harganya kini Rp.1.000.000.000), ibarat seseorang yang kehilangan sesuatu yang dicintainya, dan unta itu kembali lagi kepada pemiliknya. Allah jauh lebih senang dari pada ini.

Allah Azza Wa Jalla didapati didalam Dalil yang lain menyebutkan bahwa jika ada sebuah generasi disuatu zaman yang tidak lagi berbuat dosa, maka Allah akan ganti dengan generasi lain yang berbuat dosa namun bertaubat, karena Allah Azza Wa Jalla sebegitu senangnya menerima taubat dari hambaNya. Dimana orang yang memiliki dosa dan dia mendatangi Allah dengan taubatnya ini jauh lebih disenangi dibandingkan orang yang sama sekali tidak berdosa dan tidak bertaubat kepada Allah.

Pasti, baik sengaja maupun tidak sengaja, baik kita mau ataupun kita tidak mau, pasti kita pernah / akan berbuat salah atau dosa. Maka pasti bertaubat adalah suatu keharusan yang kita lakukan kepada Allah ﷻ.
____

Sebaliknya jika kita tidak bertaubat, tidak mau bertaubat, maka betapa besar marahnya Allah, betapa besar bencinya Allah, betapa besar murkanya Allah, sebagaimana kita membenci orang susah, orang miskin, orang fakir, orang budak, namun sombong, Allah lebih benci dari pada itu, dan dimana siksa Allah luar biasa kepada orang-orang yang Dia benci.

********

Rasul, Para Sahabat, kemudian generasi seterusnya para Salafush Shalih, generasi-generasi terbaik dalam agama ini, dan kita yang mengikuti / meniti diatasnya, meyakini benar Firman-Firman Allah ﷻ, meyakini benar sifat-sifat Allah, bahwa Allah Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat, Maha Adil, sebagaimana juga meyakini Allah Marah, Allah Benci, Allah Tidak Suka, Allah akan timpakan Azab, Siksa, dimana Azab dan Siksa itu sangat amatlah pedih.

Ini berbeda dengan keyakinan golongan Jahmiyah yang menolak sifat Allah, Aqidah mereka sesat, mereka ragu, "masa iya Allah setega itu, masa iya Allah akan memberi azab, siksa, yang maha perih dan pedih". Mereka menerima sebagian sifat-sifat Allah, dan menolak sebagian sifat-sifat Allah, padahal Allah ﷻ sendiri yang berfirman tentang diri dan sifatNya yang seharusnya kita yakini, kita imani.

Ini berbeda dengan keyakinan golongan Qodariyah yang menolak takdir Allah, Aqidah mereka sesat, mereka merasa masih punya waktu, merasa masih punya umur, merasa bisa taubat nanti pas tua, mereka menolak takdir Allah bahwa Allah ﷻ yang Maha memberikan takdir baik dan takdir buruk, Allah yang memberi umur, rezeki, jodoh, maut. Mereka dalam arti kata lain menolak takdir, mereka merasa bahwa mereka memiliki kuasa akan umur, akan usia, akan ajal, akan maut, sehingga mereka berani menunda taubat, "nanti saja, toh Allah Maha penerima ampun", tentu ini kesesatan Aqidah luar biasa. Dia menerima sebagian sifat dan kuasa Allah, dia memungkiri sebagian sifat dan kuasa Allah.

********

Taubat, juga bukan sekedar taubat, karena ada setidaknya Tiga (3) syarat yang harus terpenuhi untuk permohonan taubat itu Allah kabulkan. Disini juga perlu ditekankan bahwa setelah kita lakukan tiga (3) syarat itu, kita boleh berharap Allah nenerima akan taubat kita, adapun memastikan taubat kita diterima ini tidak boleh.

Kecuali, taubatnya Ka’ab bin Malik, yang pasti Allah terima. Mengingkari ini maka sama dengan kita mengingkari Allah dan Rasulnya. Karena sabda Rasul ﷺ sendiri dimana bahwa Allah pasti menerima taubat Ka’ab bin Malik. Adapun kita memastikan Allah pasti menerima taubat kita, mengabulkan taubat kita, ini tidak boleh, melainkan hanya berharap Allah menerima, mengabulkan taubat kita, dan Allah sudi mengampuni kita. Dimana disini ditegaskan juga bahwa Allah, bisa saja menolak taubat kita.

Lalu apa tiga (3) syarat itu ?
Sebagaimana sebagian dari kita sudah tau yaitu :

1. Berhenti dari (2) Maksiat
(Syubhat dan Syahwat Itu)

Seseorang yang bertaubat, berharap kita Allah terima taubatnya, namun ketika maksiat itu dia kerjakan lagi, maka ini bukanlah taubat, dan Allah bisa saja menggugurkan taubatnya yang telah lalu dan tetap teranggap sebagai dosa, dimana Allah juga yang Maha Tau, Maha Memiliki Waktu, tau masa lalu, tau masa depan bahwa orang ini benar benar bertaubat atau tidak. Allah bisa saja tidak akan menerima Taubatnya yang selanjutnya, karena toh Allah tau akan diulangi dan dikerjakannya lagi dosa tersebut.

2. Menyesal dari (2) Maksiat
(Syubhat dan Syahwat itu)

Seseorang yang bertaubat, wajib menyesal, dia menutup rapat aib dan dosanya itu, tidak kemudian setelah taubat dia ceritakan dosa masa lalunya, dia banggakan dosa masa lalunya, membicarakan dosa syubhat ini didapati pengecualiannya. Dimana jika dia tidak menyesali maksiat ini, tidak terpenuhi syarat ini, maka pasti taubatnya tidak Allah terima.

3. Bertekad Bulat Meninggalkan (2) Maksiat
(Syubhat dan Syahwat itu)

Seseorang yang masih ada keraguan didalam taubatnya, ragu meninggalkan dosanya, maju mundur, setengah setengah. Seseorang ini benar benar berhenti, benar benar menyesal, namun belum bertekad bulat meninggalkannya, maka ini belumlah bertaubat.
____

Adapun setelah tiga (3) syarat ini terpenuhi, dan pada kemudian hari entah sengaja, tidak sengaja, mau, tidak mau, terpaksa, atau dipaksa, melakukan dosa itu lagi, silahkan taubat lagi dengan tata cara dan syarat yang benar. Asalkan pada saat kita melakukan taubat, tiga (3) syarat diatas wajiblah terpenuhi. 

Tidak ada riwayat orang yang bertaubat kemudian pada kemudian hari entah sengaja, tidak sengaja, mau, tidak mau, terpaksa, atau dipaksa, melakukan dosa itu lagi, bahwa taubatnya pasti tertolak, tidak ada riwayat tentang ini, maka, tinggal taubat lagi dengan taubat yang sebenar-benarnya.

Adapun seseorang yang benar bertaubat kemudian terperosok lagi, benar bertaubat kemudian tergelincir lagi, benar bertaubat tetapi bermasiat lagi, namun bertauhat lagi, Allah tidak pernah bosan mengampuni menerima taubat.

Adapun yang biasanya bosan untuk bertaubat adalah diri kita, kita merasa sudah taubat, sering taubat tetapi melakukan lagi, dan kita tidak bertaubat lagi, kita yang bosan bertaubat kepada Allah.

Pemahaman kita akan Tauhid akan Aqidah haruslah tepat, dimana menyakini bahwa salah satu sifat Allah adalah tidak pernah bosan, tidak memiliki rasa bosan.

Jika berdosa, bertaubat
Berdosa lagi, taubat lagi
Berdosa lagi, taubat lagi
Berdosa lagi, taubat lagi
Dan seterusnya…

Allah tidak pernah bosan menerima taubat.
Adapun kita yang biasanya bosan dalam meminta, memohon, bertaubat kepada Allah.

Pemahaman kita harus tepat bahwa sifat Allah beda dengan sifat kita, kitalah yang memiliii rasa bosan, bukan Allah.

Ada orang berbuat salah, minta maaf,
Berbuat salah lagi, minta maaf lagi,
Berbuat salah lagi, minta maaf lagi,
Berbuat salah lagi, minta maaf lagi,
Kita bosan, kita tidak lagi memaafkan,
Itulah kita manusia, itulah sifat manusia.

Sedangkan Allah, Allah tidak bosan
Allah tidak pernah akan bosan menerima taubat dari hambaNya.

Salah satu dari keyakinan kita adalah Tauhid Asma Wa Sifat, benar benar meyakini Nama Nama dan Sifat Allah hanya satu satunya Allah yang punya, dan tidak sama dengan apapun, siapapun.

Manusia punya rasa Adil, Kasih, Sayang, Benci, Marah, Bosan dll, begitupun Allah juga punya Nama dan Sifat itu. Namun, sekedar namanya saja yang sama, adapun sifat Allah, hanya Allah saja yang punya, tidak ada sesuatu, apapun, siapapun yang menyamai Nama dan Sifat Allah.

********

Ketiga (3) syarat tadi, jika berkenaan dengan Hak Hak Anak Adam, Hak Hak Manusia, dosa terhadap sesama manusia, dzalim terhadap sesama manusia, maka ditambah dengan satu (1) syarat lagi yaitu :

4. Selesaikan Urusan itu.
Seseorang yang mencuri, kembalikan curiannya, seseorang yang korupsi, kembalikan korupsinya, seseorang yang membunuh orang lain, menzinai orang lain padahal sudah miliki pasangan, maka kembalikan haknya, diqisas, dirajam, dst.

********


Ada banyak sekali Dalil tentang Taubat, 
semisal: 

Taubatlah sepenuhnya, jangan sebagiannya, berjudi dan berzina maka bertaubatlah keseluruhannya, jangan hanya judinya, jangan hanya khamrnya melainkan kesemuanya. Ini bukanlah syarat, mungkin saja seseorang bertaubat pada salah satu dosa, dimana dosa lain tidak disertakannya, dimana jika dia mau bertaubat secara terpisah ataupun semuanya, tidak ada dalil yang mengharuskan semua dosa harus ditaubatkan bersama sama untuk mendapati penerimaan taubat Allah.

Barang siapa yang bertaubat, maka sesungguhnya (semoga) dia dalam keadaan yang beruntung / berbahagia. Untung dan bahagia ini dikatakan langsung oleh Allah, maka tentu wajiblah kita yakini, orang yang bertaubat (semoga) dia dalam keadaan untung dan berbahagia, bisa dalam bentuk untung apapun, bahagia apapun, tentunya untung dan bahagia dalam konteks akhirat.

Meminta ampun dan kemudian bertaubatlah. Meminta ampun artinya terhadap dosa yang telah lalu, dan memintalah pada Allah terhadap penjagaan Allah dari dosa dosa kemudian.

Wahai orang orang beriman, taubatlah kalian dengan taubatan yang Ikhlas (Nasuha), yang hanya diperuntukkan kepada Allah saja, bukan karena suatu maksud lain tertentu, mau yang lain, karena orang lain, karena keinginan lain, dst. Ibnu Mas’ud menjelaskan perhatikan baik baik, pasang telinga baik baik, jika ada firman Allah “wahai orang orang yang beriman” karena setelahnya ada perintah atau larangan, dimana perintah disini berarti wajib dan luar biasa besar pahalanya, sedangkan larangan disini berarti haram dan berat sekali siksaanNya. Ini berbeda dengan “wahai sekalian manusia”. Maka taubat dengan ikhlas disini adalah wajib, sebaliknya tidak melakukannya adalah haram yang pedih siksaannya. Disini juga dipahami bahwa “Nasuha” bukan nama orang, melainkan “Nasuha” adalah sifat ketika melakukan taubat kepada Allah.

Tentu ada banyak lagi, yang akan sangat panjang jika saya jabarkan semua disini, adapun yang terakhir saya akan lampirkan yaitu :

Rasul shallallahu alaihi wasallam bersabda, untuk bertaubat sesungguhnya aku bertaubat 70x (lebih) dan diriwayat lain 100x kali, dan diriwayat lain sebanyak banyaknya. Hal ini kita yakini bahwa ini perintah, ini wajib. Bahwa bertaubat adalah wajib bagi kita setiap hari. Dimana ketika Rasul shallallallahu alaihi wasallam manusia tanpa noda tanpa cela saja bertaubat sekian banyak setiap hari, maka apalagi kita yang tentunya lebih banyak dosa dan kesalahannya. Apabila mau diikat dengan jumlah ikatan bilangan maka ucapkanlah Astagfirullah atau Astagfirullah aladzim antara bilangan 70x - 100x, atau ucapkanlah sebanyak banyaknya tanpa dihitung. Janganlah membuat bilangan baru 133x 333x, 777x 1200x dan seterusnya, yang mana ini jumlah bilangan baru, jumlah yang menyelisihi bilangan dari Rasul shallallahu alaihi wasallam 

********

Maka perihal taubat, jangan ditunda
Lakukan hari ini, ikhlas karena Allah, taubat akan dosa dosa lalu dan dosa dosa yang akan datang. Sebagimana taubat adalah perintah, Allah senang dengan taubat. Sebaliknya tidak bertaubat adalah haram, menunda taubat adalah kesesatan Aqidah Qodariyah, Jahmiyah, tidak bertaubat sangat dibenci Allah. Lakukan taubat dengan dengan bersegera dan sebanyak-banyaknya.


..Wallahu a’lam..