(7)
Bagi seorang muslim jangan sampai bersandar kepada amalannya
Jangan sampai kita menyandarkan pada amalan amalan serta tertipu dengan ibadahnya, tidak pula dengan banyaknya dzikir yang keluar dari bibirnya, serta ketaatan-ketaatan yang lainnya
Nabi Shalallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
" Berusahalah agar (sesuai dengan) sunah, mendekatlah jika (tidak mampu mengerjakan seluruhnya) dan berilah kabar gembira (pada orang lain), sesungguhnya tidak ada seorangpun yang akan masuk surga dengan sebab amalannya". Maka di katakan kepada Rasulallah: "Tidak pula engkau wahai Rasulallah? Beliau menjawab, "Tidak pula saya, kecuali bahwa Allah telah mengampuni saya dengan ampunanNya dan rahmatNya "
(HR Bukhari no 6467 Muslim no 2818)
Nabi mengkabarkan bahwa :
" Walaupun mereka sudah berusaha untuk selalu istiqomah dan ketika tidak sanggup mereka berusaha untuk lebih dekat dengan istiqomah namnun semua itu tidak bisa menyelamatan mereka pada hari kiamat. Oleh karena itu jangan sampai ada seseorang yang bersandar dengan amalannya merasa bangga dengan amal perbuatannya, jangan berfikir bahwa dia akan selamat dengan sebab amalannya namun dia akan selamat dengan sebab rahmat Allah Tabaraka wa Ta'ala, ampunanNya dan keutamaanNya "
(Madaarijus Saalikin 2/105)
_____________________________-
(8)
Buah dari istiqomah di dunia adalah bisa istiqomah ketika meniti shiroth (jalan) pada hari kiamat nanti.
Siapa yang telah di beri hidayah (petunjuk) untuk meniti shirothol mustaqim (jalan yang lurus) yaitu jalannya Allah Azza wa jalla di dunia ini maka dia akan di beri hidayah di kampung akhirat nanti ketika ujung jalan yang lurus ini adalah ketika sedang menyebrangi shiroth
Setiap manusia di perintahkan untuk melewati shiroth (titian) ini, namun pada akhirnya setiap orang saling berbeda-beda di dalam cara melewatinya sesuai dengan kadar amal perbuatannya ketika masih di dunia
Imam Ibnu Qoyyim mengatakan :
" Barangsiapa yang telah diberi hidayah (petunjuk) di dunia ini kepada shirothol mustaqim (jalan yang lurus) oleh Allah Azza wa jalla yang mana Allah Ta'ala telah mengutus para rasulNya dengannya dan menurunkan bersama mereka kitab-kitabNya, dengan sebab itu dia akan diberi hidayah ketika meniti shiroth yang akan mengantarkan kepada surgaNya dan negeri balasan. Namun ketetapan seorang hamba di atas shiroth (jalan yang lurus) ini yang mana di bentangkan oleh Allah Azza wa jalla di dunia akan menjadikan tetapnya dia ketika melewati shiroth yang berada di atas neraka jahanam di akhirat nanti sesuai dengan kadar amalannya, dan seberapa besar ia didalam (menempuh) pada jalan yang lurus ini (ketika didunia) maka begitu pula kadarnya ketika melewati shiroth di akhirat nanti sehingga di antara mereka ada yang melewatinya secepat kilat, di antara mereka ada yang melewatinya seperti kedipan mata, di antara mereka ada yang melewatinya secepat angin, ada yang seperti orang yang naik kendaraan, ada yang seperti orang yang berlari, ada yang seperti orang yang berjalan kaki, dan ada di antara mereka yang merangkak, ada yang tersambar oleh api neraka dan ada yang terjatuh kedalamnya, maka seorang hamba dalam melewati shiroth sesuai kadar ia di dalam menjalani shirotol mustaqim sebagai balasan yang setimpal "
Allah Ta'ala berfirman:
" Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan "
(QS An-Naml : 90)
Perhatikan serta berhati-hatilah terhadap syubhat (kerancuan.pent) dan syahwat (hafa nafsu) yang akan memalingkan dari jalan yang lurus ini, maka sesungguhnya shiroth adalah (seperti) besi bengkok yang akan menjauhkan dari shiroth tersebut kemudian ia tersambar oleh api neraka, dan terhalangi untuk melewatinya
Walaupun demikian Allah berfirman :
" Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya "
(QS Fushilat : 46)
Dalam kesempatan yang lain beliau menegaskan:
" Barangsiapa yang dalam kehidupan di dunia ini telah tersambar fitnah syubhat serta syahwat (sehingga) berpaling dari jalan yang lurus, maka dia akan tersambar oleh jilatan api mana kala melewati shiroth pada hari kiamat nanti seperti halnya dia tersambar oleh (fitnah) syubhat dan syahwat didunia "
______________________________
(9)
Pencegah untuk istiqomah adalah syubhat yang menyesatkan dan syahwat yang melalaikan
Segala macam bentuk syubhat (kerancuan) dan syahwat (hawa nafsu) maka keduanya adalah pencegah serta pemutus yang dapat menghadang seseorang untuk selalu bisa istiqomah. Seorang yang sedang berjalan menempuh jalan yang lurus, yang mana di dalam perjalanannya tersebut (tanpa sadar) dia terus menerus (terjatuh) di dalam fitnah syubhat dan syahwat yang memalingkannya dari jalan yang lurus (maka dirinya akan terpalingkan) jauh dari jalan yang lurus
Maka setiap orang yang telah melenceng dari istiqomah (dan dari jalan yang lurus), itu semua tidak bisa terlepas dari dua perkara ini, baik itu di sebabkan oleh fitnah syahwat maupun fitnah syubhat. Dengan syahwat dia akan merusak amalan yang telah di kerjakan, sedangkan dengan sebab fitnah syubhat maka dia akan merusak ilmunya
Allah Ta'ala berfirman yang artinya :
" Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya "
(QS al-An'am : 153)
Jika setan melihat ada seseorang yang sedang dalam keadaan lalai (melampaui batas) maka setan jadikan dirinya cinta dengan hawa nafsu yang ada, namun jika setan mengetahui bahwa dirinya dalam kondisi yang fit, semangat serta selalu menjaga keistiqomahannya maka dirinya dijerumuskan kedalam keraguan serta kesamaran di dalam beragamanya. Sebagaimana yang di katakan oleh sebagian ulama salaf :
" Tidaklah Allah memerintahkan kepada hambaNya sebuah perintah kecuali ada dua cara bagi setan untuk menggoda bani adam, adakalanya (supaya) mereka melalaikan serta meremehkan (pada perintah tersebut), dan adakalanya diantarkan mereka sampai (batas) yang tidak wajar sehingga mereka ghuluw (berlebih-lebihan), maka dengan dua hal inilah setan menghasut anak cucu Adam dan setan tidak peduli dengan mana dari keduanya ia tancapkan kuku-kukunya kepada anak cucu Adam "
Imam Ibnu Qoyyim mengatakan :
" Sungguh kebanyakan manusia, mereka tidak sanggup untuk bisa melewati dua lembah ini (dua perkara ini.pent) kecuali sedikit sekali diantara mereka yang bisa selamat "
_____________________________________
(10)
Tasyabbuh dengan (perilaku khas) orang-orang kafir termasuk perkara terbesar yang bisa memalingkan dari Istiqomah
Firman Allah Ta'ala:
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
" Tunjukilah Kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (nashrani) "
(QS Al-Fatihah : 6-7)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah telah menamakan mereka di dalam bukunya yang berjudul "Iqtidho shirothol mustaqim mukholifata ashabal jahim" dan telah mengisyaratkan dalam bukunya tersebut beberapa perkara yang berkaitan dengan kebiasaan ahlu kitab (yahudi dan nashrani) yang sudah mempengaruhi umat ini. Sedangkan bagi seorang muslim maka hendaknya dia berpaling jauh-jauh dari tasyabuh dengan orang-orang kafir agar tidak melenceng dari jalan yang lurus sehingga ketika melenceng darinya dia akan berjalan di atas jalan yang dimurkai oleh Allah atau jalan yang sesat
Firman Allah Ta'ala :
وَدَّ كَثِيرٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدٗا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ
" Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran "
(QS Al-Baqarah : 109)
Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam telah mengkabarkan akan hal itu dalam sabdanya:
" Sungguh akan ada orang-orang yang akan mengikuti sunah (perjalanan, kebiasaan) orang-orang sebelum mereka, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sampai-sampai kiranya mereka masuk ke lubang biawak sekalipun pasti akan ada yang mengikuti mereka "
(HR Bukhari 7320, Muslim 2669)
(…Selesai…)
..Wallahu a'lam..