...

Naikkan Level Surgamu

Artikel - 1 month ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Naikkan Level Surgamu

 

Imam Ahmad Rahimahullah pernah berkata yang kurang lebih memiliki makna sebagai berikut :

 

Nikmat (beragama) Islam, adalah sebuah kenikmatan yang amat sangat lezat, namun (ketika aku mengenal) Nikmat Sunnah, ketika itu aku merasa bagaikan seorang mualaf.”

 

Maksudnya : Di mana ketika seseorang bukan lagi “sekedar” memeluk agama Islam, melainkan saat seseorang (muslim) telah mengenali apa itu sunnah (yaitu : memahami Al Quran dan As Sunnah).

 

Maksudnya : Bahwa nikmat Islam adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa, namun itu belumlah kenikmatan yang maksimal, karena sebagaimana disebutkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam sendiri bahwa Islam terpecah menjadi 73 golongan (72 golongan di antaranya masuk Neraka dahulu, kemudian Surga, sedangkan 1 golongan saja yang benar-benar selamat langsung ke Surga). 

 

Maksudhya : Bahwa nikmat Islam “saja”, sebenarnya belumlah sempurna, melainkan kenikmatan yang sempurna adalah : (1) Nikmat Islam dan (2) Nikmat Sunnah, alias beragama Islam dan memahami Al Quran dan As Sunnah.

 

Maksudnya : Imam Ahmad Rahimahullah mengajak kita semua untuk menaikkan level (keislaman) kita, menaikkan kenikmatan kita, ke level yang lebih tinggi, paling tinggi, maksimal, dan kenikmatan yang sebenar-benarnya sempurna, yaitu ketika seseorang (muslim) benar-benar kenal dengan agamanya (mengenali Al Quran dan As Sunnah), yang karena hal ini seorang muslim bisa benar-benar kenal dengan Tuhannya yaitu : Allah Azza Wa Jalla.

 

********************

 

Lalu, apa kamu sudah siap naik level?

 

Apa kamu mau merasakan nikmat “mualaf” untuk “kedua kalinya”, memeluk Islam dengan sebenarnya mempelajari, memahami Al Quran dan As Sunnah, merasakan dan mendapati kenikmatan yang paling maksimal dan sempurna?

 

Tetapi tunggu dulu, sebagaimana kita telah ketahui (dari materi pembahasan sebelumnya) tidak semua orang siap, tidak semua orang bisa, tidak semua orang mampu “naik level”. Beberapa diantaranya akan tetap stuck alias “mandeg”, mereka tetap di tempatnya sekarang, atau mereka naik level (secara paksa) namun “jatuh di ketinggian”.

 

Tetapi tunggu dulu, tidak semua orang bisa (diajak) “naik level”, karena tidak semua orang bisa berkembang, tidak semua orang mau berjuang, tidak semua mau belajar, tidak semua orang mau bersabar dalam menuntut ilmu, mengalahkan rasa bosan dan lelah, termasuk menundukkan ego dalam prosesnya. Beberapa di antaranya akan tetap stuck alias “mandeg”, mereka tetap di tempatnya sekarang, atau mereka naik level (secara paksa) namun “jatuh di ketinggian”.

 

Tetapi tunggu dulu, karena tidak semua orang mau terus “hijau”, mau senantiasa mengosongkan gelasnya untuk terus diisi dengan cairan-cairan hidayah. Beberapa di antaranya akan tetap stuck alias “mandeg”,  mereka tetap di tempatnya sekarang, atau mereka naik level (secara paksa) namun “jatuh di ketinggian”.

 


 

Ingatlah, kamu harus sadari, semakin kamu naik, pada faktanya di atas sana orang-orangnya akan semakin sedikit. Pada prosesnya, tidak semua orang bisa kamu ajak ikut naik, tidak semua orang yang kamu cintai mau ikut mendaki bersamamu. 

 

Ingatlah, kamu harus sadari, semakin kamu naik, lingkaranmu akan semakin sedikit, karena orang-orang di dekatmu banyak di antaranya yang memilih untuk tetap tinggal di bawah sana.

 

Ingatlah, kamu harus sadari, semakin kamu naik, mereka yang memilih tetap tinggal, malah merasa di tinggalkan, disaat kamu pada posisi lebih tinggi dari mereka, anehnya mereka menganggapmu sombong, tidak jarang orang-orang itu membencimu, menjauhimu, atau bahkan memusuhimu.

 

Ingatlah, kamu harus sadari, naiknya kamu ke tempat yang (lebih) tinggi, bukan lantas membuatmu menjadi sombong ketika melihat orang-orang itu di bawahmu, melainkan semakin membuatmu bersyukur, karena kamu sadar, tidak semua orang mau dan mampu kamu ajak untuk naik.

 

Ingatlah, kamu harus sadari, ada di antara mereka yang lebih memilih drama daripada disiplin, mereka sangat banyak bicara, namun diam ketika kamu berbuat, mereka menarikmu turun, saat kamu mengenggam tangan-tangan mereka untuk naik.

 

Ingatlah, pada saat kamu naik, kamu akan melihat siapa yang ikut naik bersamamu, siapa yang menolak tidak mau ikut naik bersamamu, siapa yang mundur atau berbalik arah, dan kamu akan dengan melihat jelas, siapa yang justru ingin menarikmu jatuh kebawah.

 

********************

 

Lalu, apa kamu sudah siap naik level?

 

Dari “Nikmat Islam”, menuju “Nikmat Sunnah”, kenikmatan memahami sunnah, kenikmatan memahami Al Quran dan As Sunnah, beranjak dari golongan 72 (golongan banyak), kita masuk kedalam golongan 1 (golongan yang sedikit), sebagaimana Rasul dan Para Sahabat ada di dalamnya, sebagaimana ini yang dipahami Rasul dan Para Sahabat, kita kemudian mampu mengenal Allah, yang dengan ikhtiar itu semoga kita termasuk yang mendapat rahmat Allah, tanpa ditimbang di Mizan, selamat dari Shirath, duduk tenang di telaga (tanpa terusir) bersama dengan Nabi Shallallahu alaihi wasallam, Para Sahabat, dan orang-orang shalih lainnya, kemudian kita bersiap memasuki surga level paling tinggi (tertinggi), yang mana atapnya adalah hijab Allah, yang kemudian kita kelak berkesempatan bertemu dengan Allah.


..Wallahu A’lam..