...

Neraka Tidak Selalu Panas

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Sebagian besar kaum Muslimin tidak tau bahwa di kehidupan akhirat kelak bukan hanya terdapat neraka yang terbuat dari api yang sangat panas, tetapi juga terdapat neraka yang sangat dingin, atau yang disebut “Neraka Es”. Neraka ini, diriwayatkan pada hadits-hadits shahih yang dikenali atau diistilahi dengan nama “Zamharir”

Sebagian besar dari kita, tidak tau bahwa di kehidupan dunia, terdapat sebuah tempat “miniatur” dari “Neraka Es”, yaitu Kota Yakutz di Rusia. Di tempat ini, suhu rata-ratanya adalah -47 derajat celcius dan suhu terekstrim berkisar -71 derajat celsius. Di tempat ini tentu saja super dingin hingga manusia tidak bisa berada diluar ruangan lebih dari 3 menit, tanpa pakaian/jaket/penutup tubuh minimal lapis 3 atau akan membeku. Mereka memang tidak kepanasan, tetapi mereka sebenarnya sedang tersiksa di dinginnya “Neraka Es miniatur” dunia. Mereka hidup dingin, tetapi sebenarnya dia sedang di “Neraka Dunia” dimana “Neraka” tidak selalu berupa panas, melainkan ada Neraka yang dingin.



Sebagian besar dari kita saudara muslimin, tidak mengetahui, dia merasa hidupnya sedang di “Surga” dunia, tidur dalam keadaan nyaman tidak kepanasan, padahal sejatinya dia sedang di “Neraka” dingin dunia, karena mereka tidak tau bahwa Neraka tidak selalu panas, bahwa Neraka ada juga yang dingin.

Sebagian dari mereka merasa di atas Islam, merasa Muslim, di atas hidayah, di atas tauhid, di atas kebenaran, di atas Al Quran dan Hadits, padahal sejatinya mereka tidak diberi hidayah, tidak memahami hidayah, tidak bertauhid, tersesat, berada dalam kesesatan.

Sebagian dari mereka merasa telah wudhu dengan benar, shalat dengan benar, sah, dan berpahala, padahal wudhunya keliru, rambutnya tidak dibasuh sampai belakang kemudian kembali kedepan kemudian telinga 1x, padahal wudhunya tidak sah, padahal shalatnya tidak sah, padahal shalatnya tertolak, tidak diterima.

Sebagian dari mereka merasa telah mengaji, ngaji sunnah, ngaji manhaj salaf, merasa sudah benar berada didalam partai, organisasi, atau golong golongan yang benar, padahal mereka keliru, padahal itu sururin, hizbiyin, harokiyin, padahal itu golongan sesat, aliran sesat. Padahal mereka masih nyoblos, demokrasi, tasyabuh, pemahamannya, ibadah, muamalah, masih sangat jauh dari Salafush Shalih.

Sebagian dari mereka merasa jenggotnya syar’i, celananya cingkrang, istrinya rutin ngaji, anaknya di pesantren, padahal dia dan istrinya duduk di kajian syubhat, anaknya tidak berbakat tetapi dipaksa, dan berada dipesantren yang dia tidak tau bahwa sangat jauh dari sunnah.

Sebagian dari mereka merasa rumah tangganya sakinah, mawadah, warahmah, anak anak sholeh dan istri solehah, padahal kelakuan istrinya tidak sunnah, istrinya ngatur ngatur, hidup dalam matriarki, padahal dia musyrik, jauh dari tauhid, dia sedang menduakan Tuhan dengan Istrinya, dia mendahulukan istri dari Tuhannya, dia lebih takut istri daripada Tuhannya, padahal tipis tauhidnya dibandingkan ketakutannya yang ternyata lebih tebal kepada istrinya.

Sebagian dari mereka, merasa hidupnya dipenuhi keberkahan, berkecukupan, bahkan berkelebihan, punya rumah, mobil yang bagus, pekerjaan bagus, jabatan bagus, penghasilan/gaji bagus, padahal hartanya haram, mata pencahariannya haram, padahal muamalahnya riba, padahal istidraj.

Sebagian dari mereka, mengaji tauhid, mengaji aqidah, mengaji fiqh, mengaji Al Quran, mengaji Hadits, mengaji dengan Ulama atau Ustadz Kibar, padahal apa yang dipelajarinya tidak sampai ke kerongkongannya, tidak lekat dikepalanya, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, tidak tercermin dari kelakuannya, sopan santunnya, tidak ada adabnya, tidak ada akhlaknya, dia tidak mencatat ilmu, dia tidak mengamalkan ilmu.

Sebagian dari mereka, (sekedar) duduk (diam) dimajelis ilmu, berharap dia sudah pasti mendapat keutamaan pahala sebanyak ikan ikan dilaut, padahal apa isi majelis tersebut dia tidak tau, tidak paham, padahal apa hakikat keutamaan dari majelis ilmu tersebut adalah apa yang dia catat, apa yang dia dapat dan kemudian apa yang dia amalkan dari majelis ilmu tersebut, *bukan sekedar* “datang, duduk, dan kemudian diam” (atau 4D = datang duduk diam dungu) Orang ini benar didoakan kebaikan oleh malaikat, tetapi anehnya dia tidak mendapat kebaikan (setelah) dari majelis ilmu itu sendiri.

Sebagian dari mereka, sanggup makan makan mewah, makan di Mall, jalan jalan keluar kota, safar, bahkan Umroh, mereka sanggup naik pesawat, menginap di hotel mewah, belanja belanja, harta mereka diatas nisab zakat, padahal mereka kaya, mereka menabung, padahal sejatinya mereka miskin, mereka takut miskin, mereka kikir, mereka tidak bertauhid, mereka tidak yakin kepada Allah dan Rasulnya, pemberi rezeki, dia tidak bisa membedakan rizki dan rejeki, mereka berpikir 1000x untuk berbagi, bersedekah, berzakat, tolong menolong, meminjamkan, membantu, dan memberi bantuan kecuali sedikit.

Sebagian dari mereka, merasa sudah mengaji tilawah Al Quran, sudah belajar bahkan berdakwah, sudah berjuang, berjihad untuk Allah, padahal kelak dia adalah orang yang paling pertama dilempar ke Neraka karena ternyata niatannya bukan karena berharap wajah Allah, melainkan berharap kepada pujian manusia atau tujuan dunia.

Sebagian dari mereka, tau bahwa Neraka (yang terbuat dari api) itu merah dan panas, padahal mereka tidak tau bahwa Neraka itu ada yang putih dan dingin, yaitu “Neraka Es”

Sebagian dari mereka, merasa apa yang ada pada dirinya adalah (sudah) baik, padahal tidak benar, padahal salah, keliru, sejatinya mereka tersesat.



Allah Ta’ala berfirman :

‎هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ

“Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin (ghossaq).” (QS. Shaad: 57)



Semoga dengan ini kita yang masih bagian dari yang demikian agar disadarkan, segera bertaubat, dan Allah sudi pahamkan kita semua. 

Jika paham, maka alhamdulillah segala puji bagi Allah. Jika tidak, maka walyadzubillah, segala musibah dan kehancuran sesungguhnnya oleh perbuatanmu dan semoga Allah sudi mengampunimu.

..Wallahu a’lam..