Pelana Kuda
Ada seorang muslim yang dahulu ketika hidupnya miskin, dia sangat rajin menuntut ilmu. Kini, ketika dia sudah kaya, dia jarang, bahkan tidak lagi menuntut ilmu.
Ada seorang muslim yang dahulu ketika hidupnya sejahtera, dia sangat rajin menuntut ilmu. Kini, ketika ekonominya jatuh, dia jarang, bahkan tidak lagi menuntut ilmu.
Ada seorang muslim, yang dahulu ketika memiliki banyak waktu luang, dia sangat rajin menuntut ilmu. Kini, ketika waktunya sempit, dia jarang, bahkan tidak lagi menuntut ilmu.
Ada seorang muslim, yang dahulu ketika memiliki banyak hutang, dia sangat rajin menuntut ilmu. Kini, ketika semua hutangnya lunas, dia jarang, bahkan tidak lagi menuntut ilmu.
Ada seorang muslim, yang dahulu ketika sehat, dia sangat rajin menuntut ilmu. Kini setelah sering masuk angin, asam urat atau kolesterol naik, dia jarang, bahkan tidak pernah lagi menuntut ilmu.
Ada seorang muslim, yang dahulu bertetangga dengan gurunya, dia sangat rajin menuntut ilmu. Kini, setelah dia pindah rumah, dia jarang mendatangi gurunya, bahkan tidak lagi menuntut ilmu.
Ada seorang muslim, yang dahulu sering diajak temannya pergi ke majelis ilmu, dia sangat rajin menuntut ilmu. Kini, ketika temannya futur, dia jarang, bahkan tidak lagi menuntut ilmu.
Seorang muslim dengan ciri-ciri seperti ini, adalah mereka yang menuntut ilmu BUKAN karena Allah, tetapi sekedar karena ada mau, yang justru ketika kemauannya sudah didapat atau kemauannya malah tidak dia dapat, kini dia tidak lagi menuntut ilmu.
_____
Ada seseorang muslim, yang dahulu ketika belum menikah, dia sangat rajin menuntut ilmu. Kini, ketika sudah menikah, dia sibuk dengan urusan rumah tangga, dia sibuk memasak, sibuk mengurus anak, dia jarang, bahkan tidak lagi terlihat menuntut ilmu.
Seorang muslim dengan ciri-ciri seperti ini, adalah ciri seseorang yang BERHASIL.
Selamat! kamu adalah orang yang berhasil.
Kamu telah BERHASIL berganti peran, dari peran seorang muslim menjadi seorang “muslimah”, dari seorang laki-laki, kini menjadi seorang “perempuan”, yang sibuk memasak, sibuk mengurus anak, yang disibukkan dengan urusan rumah tangga, yang mana kamu lupa bahwa kamu adalah seorang laki-laki, pemimpin rumah tangga, pemimpin istri dan anakmu.
____
Sama seperti seorang muslim dengan ciri-ciri sebelumnya diatas, yaitu adalah seseorang yang berhasil.
Selamat! kamu adalah orang yang berhasil.
Berhasil melakukan apa yang kamu mau, berhasil mendapati apa yang kamu mau, berhasil kaya, berhasil melunasi hutang, berhasil mengisi waktu, berhasil ikut-ikutan dengan teman, berhasil menikahi perempuan yang kamu cintai, merasa berhasil berumah tangga dan atau yang lainnya. Namun sejatinya GAGAL dalam hal menuntut ilmu.
Sebagaimana Allah Azza wa Jalla akan arahkan kearah manapun yang seseorang kehendaki sesuai niat (motif) mereka, sebagaimana dalil :
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْكَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907).
************************
Padahal menuntut ilmu adalah perjuangan seperti langkah jihad, yang apabila seseorang mati dalam perjuangannya (menuntut ilmu), adalah (mati setara dengan) mati syahid.
Padahal, seorang penuntut ilmu sejatinya memiliki mental seorang penjihad yang siap ditempatkan dimana saja didalam pertempuran. Sebagaimana ketika pelana kuda sudah dia naikkan keatas kuda, dia siap dengan hartanya, dengan tenaganya, kekuatannya, bahkan dengan nyawanya. Dia siap ketika ditempatkan didepan, dia siap ketika ditempatkan ditengah, dia siap ketika ditempatkan dibelakang, dia siap ditempatkan dimanapun, walau hanya mengangkut barang atau dipercaya mengurusi dan menjaga perlengkapan.
Padahal kalau diperhatikan, apakah para sahabat yang berjihad, para sahabat yang menuntut ilmu “hanya” orang-orang yang belum kaya (saja)? yang belum bekerja (saja)? yang pengangguran? yang hidupnya susah? atau (hanya) yang belum berumah tangga?
Padahal faktanya, banyak diantara para sahabat yang orang kaya, para pedagang, para pekerja, para orang-orang sibuk, orang-orang penting, banyak diantaranya orang-orang yang telah berumah tangga, punya (banyak) istri, punya (lebih banyak) anak, namun mereka tidak menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak menuntut ilmu syar’i, untuk tidak berjihad bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Padahal, mentalitas seorang pejihad bukan mundur ketika dipukul, bukan mundur ketika masuk angin, melainkan siap mati dimedan jihad. Padahal paralel dengan mentalitas penuntut ilmu dan yang mana termasuk cita-cita penuntut ilmu adalah mati diatas ilmu (dalam perjalanannya menuntut ilmu). Dimana inilah definisi keberhasilan seorang yang berjihad, definisi keberhasilan seorang penuntut ilmu.
Padahal, mereka tentu saja bukan sedang sekedar isi waktu, sekedar ada mau, kalau lagi mau, ketika sedang susah, ketika sedang banyak hutang, bukan sekedar ikut-ikutan, bukan sekedar ketika diajak teman, bukan mundur karena tekanan atau pengaruh lingkungan, atau berhenti hanya dikarenakan rasa bosan.
..Wallahu a’lam..