...

Perubahan

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Setiap menjelang pilpres, kita akan disuguhkan satu jargon yang tidak pernah berubah, yaitu “perubahan”. Setiap 5 tahun sekali kita mendapati janji demi janji perubahan yang secara besarannya kita dapati malah tidak ada perubahan.

Seorang bijak pernah ditanya apa yang tidak akan pernah berubah? Dijawab, “yang tidak akan pernah berubah yaitu perubahan itu sendiri. Alias semua hal akan berubah”.

Jadi, sebenarnya yang benar itu, semua tidak ada yang berubah, atau segala sesuatunya pasti akan berubah? yang mana yang benar? 

Akan kita bahas pada kesempatan kali ini.

*****

Bagi yang bekerja di perusahaan “flagship”, perusahaan besar, pasti tau, bahwa rencana perubahan untuk 1 tahun kedepan,  5 tahun kedepan, 10 tahun kedepan itu dibahas secara sangat serius. Mereka tidak melewati hari demi hari bisnisnya dengan “go with the flow” atau “jalanin aja”, mereka punya plan terhadap apa, mau apa ditahun depan, 5 tahun kedepan, 10 tahun kedepan.

Para Pimpinan Apple, Google, Microsoft, Amazon, paham persis akan hal ini. Apple sudah punya plan/rencana tahun depan akan mengeluarkan series iPhone apa, fitur baru apa, perubahan apa, teknologi baru apa. Google sudah menyiapkan teknologi baru apa, fitur baru apa, layanan apa, teknologi canggih baru apa. 

Agak berbeda, dengan Pilpres disuatu negeri, yang setiap 5 tahun mengusung perubahan, jargonnya perubahan, tetapi secara besarannya tidak ada yang berubah.

Jelas berbeda, karena mekanisme sejak dulunya pun berbeda. Perusahaan flagship itu, perusahaan besar, kampus, memilih pemimpin lewat RUPS, penunjukkan langsung, Legacy, sedangkan Pilpres di suatu negara demokrasi memilih pemimpinya dengan cara "voting", dimana 10 preman memilih seseorang A, dan 1 profesor memilih seseorang B, maka pemenangnya adalah yang dipilih oleh 10 preman. Sistem seperti ini tentu tidak dipakai dikampus-kampus ketika memilih rektor / dekan, sistem seperti ini tidak dipakai untuk memilih CEO, Komisaris, Dirut dsb. Dimana tanpa bermaksud merendahkan, suara voting 10 orang sekuriti / supir / cleaning service akan menang melawan suara 1 orang manager. Karena sistem demokrasi adalah, siapa yang banyak dia yang menang, karena 10 orang lulusan SD akan didengar dibanding 1 orang Profesor.

Semakin berbeda, karena Agama juga tidak menuntunkan ini, dimana dalam kacamata syariat, 100 orang dipantai yang membuka aurat, dan 1 orang yang menutup aurat, maka 1 orang yang menutup aurat inilah yang berada diatas kebenaran, walaupun dia seorang diri. Kacamata syariat memandang siapa yang berada diatas kebenaran, berada diatas Al Quran dan Sunnah dialah yang benar, walaupun dia seorang diri, walaupun disekelilingnya 100 orang yang menyimpang. Dari kacamata syariat, juga tidak pernah kita dapati pemimpin dipilih lewat voting / demokrasi, melainkan penunjukan, pembaiatan, Legacy dari pemimpin sebelumnya.

Bayangkan, kaum kafir, yahudi, atheis, agnostik, dll memakai sistem dari Islam, yaitu penunjukan, sebaliknya ada sebagian saudara kita Kaum Muslimin malah membebek sistem kafir, yaitu demokrasi, voting, nyoblos, dll. 

Inilah sebab tidak ada yang berubah, karena seseorang yang belum tentu bisa memimpin, bisa memimpin dengan “modal” memberi nasi bungkus kepada 100 orang, 100 kaos, 100 bungkus sembako dan kemudian mendapatkan 300 suara untuk menang, sedangkan yang benar-benar bisa memimpin malah tidak memimpin karena tidak nyetak kaos, tidak bagi-bagi sembako dll.

Inilah sebab dari sekian puluh tahun lalu, sampai sekarang secara besar tidak ada yang berubah, korupsi tetap ada, kemiskinan tetap ada, pengangguran tetap ada, yang berubah hanyalah korupsi yang tadinya dari kelompok A yang berkuasa, sekarang korupsi dilakukan oleh kelompok B yang berkuasa selanjutnya.

Lantas apakah kita masih ikut serta menebar garam kelautan yang sudah jelas-jelas sudah asin? Saya rasa hanya orang bodoh yang masih bersusah payah berikhtiar, mengeluarkan effort, untuk sekedar menabur garam dilautan yang sudah asin.

Lantas apakah kaum muslimin juga ikut melakukan hal sia-sia seperti ini? Sebenarnya tinggal lihat tuntunan dari agama kita yang sudah super lengkap ini seperti apa, solusi yang diberikan Allah dan Rasulnya seperti apa, dan kalau bertauhid, kalau memiliki aqidah yang haq, maka pastilah yakin terhadap tuntunan syariat, dan tinggal kita mengikutinya, tanpa perlu membuat cara-cara baru, atau mengekor kepada cara-cara kaum kafir, yahudi, dll.

Perihal ini akan kita bahas lebih jauh pada kesempatan lain Insya Allah.

********

Kembali ke perubahan tadi, 

Jeff Bezos, pimpinan Amazon, salah satu orang terkaya dunia, pada sebuah kesempatan pernah ditanya, apa kira-kira yang akan berubah dalam 10 tahun kedepan/mendatang? Dijawab olehnya, 

“Orang banyak bertanya apa yang akan berubah 10 tahun kedepan, tetapi jarang orang bertanya apa yang tidak akan berubah dalam 10 tahun kedepan, padahal ini pertanyaan lebih penting untuk ditanyakan”

Jeff Bezos sudah biasa menghadapi perubahan, sudah punya rencana panjang dan matang terhadap perubahan, adapun yang dia tidak tau atau menurutnya lebih penting untuk dia ketahui adalah apa yang tidak akan berubah 10 tahun mendatang.

Ini yang menarik, kita tau ada bermacam-macam kejadian, COVID-19, 9/11, jika kita mundur lebih jauh lagi 500 tahun kebelakang, dan 500 tahun setelahnya kita akan dapati dengan mengejutkan ternyata banyak yang sudah berubah, teknologi, geopolitik, bahasa, dialekpun sudah berubah.

Ini yang menarik, semua berubah mulai dari perang di Long Island, Perang Dunia 1, Perang Dunia 2, Perang Vietnam, Perang Iraq, kini perang dagang global China-Amerika, Perang Rusia-Ukraina, Perang Israel-Palestina sampai perang di kolom komen "medsos" tentang boikot umat Islam terhadap produk makanan yahudi, KFC, McD, Pizza, Starbucks, dimana karyawannya saudara kita, anak kita, bapak kita, tetangga kita, Kaum Muslimin, dimana padahal musuh Palestina bukan hanya Yahudi tetapi Amerika, tetapi tetap fesbukan, yutuban, mbah gugel tetap dipakai tidak diboikot. Keanehan pemahaman ini yang menjadikannya semakin menarik untuk kita pahami.

Jeff Bezos, tidak begitu tertarik dengan apa yang kira-kira akan berubah 10 tahun kedepan, dia malah tertarik, dia malah berpikir yang lebih penting yaitu apa yang tidak akan berubah 10 tahun mendatang, apa yang tidak berubah 500 tahun kebelakang, atau tidak akan berubah 500 tahun kedepan.

Jeff Bezos, kemudian mendapati jawabannya yang mana tidak pernah berubah polanya ternyata, orang-orang yang terjerumus ketamakan yang sama, orang-orang dengan rasa takut yang sama, orang-orang dengan FOMO yang sama. Tinggal diberi umpan yang berbeda, orang tamak tetap dengan ketamakannya, tinggal diberi ketakutan yang berbeda, orang penakut akan dengan rasa takut yang sama, tinggal diberi produk/jasa layanan, fitur baru, orang akan FOMO dengan rasa FOMO yang sama.

Jeff Bezos, kemudian juga mendapati, dimana orang-orang juga banyak yang lupa bahwa sejarah 500 tahun kebelakang, yang tidak berubah yaitu, tetap adanya orang-orang yang memiliki kebijaksanaan, orang-orang bijaksana yang tidak akan pernah berubah, dimana ada orang-orang bijaksana yang ternyata tidak pernah lekang oleh waktu. Justru ini yang ditakutkan, diberi ketakutan, diberi ketamakan, diberi produk/jasa, layanan, fitur baru, orang-orang ini tidak terpancing dan tetap bijaksana.
____

Semakin menarik, ketika kita lihat lebih jauh, ternyata apa yang akan selalu berubah, dan apa yang seharusnya tidak pernah berubah adalah :

1. Perihal Dunia (Muamalah)
Perihal dunia, semua akan berubah, dulu naik onta/keledai, dulu lantai beralas pasir, dulu tinggal diatap pelepah kurma, dulu transaksi lewat barter. Kini naik pesawat, naik MRT, naik mobil/motor listrik, rumah beralaskan keramik, marmer, karpet permadani, kini debit, transfer, cashless, QRIS. 

2. Perihal Akhirat (Ibadah)
Perihal Akhirat, kita dapati yang benar adalah tidak ada yang berubah, shalat Subuh tetap 2 rakaat, Puasa Ramadhan tetap di bulan Ramadhan, tawaf, sai, lempar jumroh, ruku, sujud, dzikir, shalawat, dll. Dari dahulu seperti itu tidak berubah, dan selalu tidak akan pernah berubah.

Darisini kita paham bahwa, perubahan dalam hal duniawi (muamalah) itu tidaklah masalah, ada perkembangan, kemajuan, tidaklah apa apa. Adapun yang tidak boleh berubah adalah ranah akhirat (ibadah).

Darisini kita paham bahwa, jika shalat subuh tata caranya berubah, kemudian puasa, tasyahud, zakat, dzikir, shalawat didapati berbeda dari zaman dulu, berbeda dari tuntunan Al Quran dan Sunnah, berbeda dari firman Allah dan sabda RasulNya, ini yang berbahaya.

Darisini kita paham bahwa, akan ada orang-orang bijaksana, yang akan terus menjalani kehidupan yang terus berubah ini tetap dengan kebijaksanaan, yaitu mereka yang tidak tamak, tidak takut, tidak FOMO akan dunia, sebaliknya mereka tetap bijaksana, menjalani kehidupan dunia (muamalah) yang terus berubah ini, namun perihal akhirat (ibadah) mereka paham betul, mereka bijaksana betul, bahwa tidak ada yang berubah, dirubah, dikurangi, ditambah, dimodifikasi. Mereka yang bijaksana ini, tidak akan membuat ibadah baru, shalat model baru, wudhu jenis baru, dzikir, shalawat, zakat model baru, mereka yang bijaksana ini akan tetap menjalankan dunia ini untuk kepentingan dan keperluan akhirat (ibadah), tanpa mereka rubah-rubah, tanpa mereka buat-buat baru, tanpa ketamakan, tanpa ketakutan, tanpa FOMO akan hal-hal baru.


..Wallahu a’lam..