Setelah pada tulisan sebelumnya, dimana Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab dituduh berat terasosiasi dengan Abdul Wahab Bin Rustum (Tokoh Khawarij), karena namanya yang sama sama “Abdul Wahab” atau “Wahabi”.
Setelah pada tulisan sebelumnya, dimana Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab ini difitnah berat bahwa beliau dianggap mengkafir-kafirkan Kaum Muslimin, Membunuh, Terori, Pemberontak, Melawan Ulil Amri, membuat “aliran” sesat baru, madzhab baru, padahal jika kita mau membaca atau browsing saja, kita dapati bahwa beliau bermadzhab kepada Imam Ahmad bin Hambal (Madzhab Hambali).
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab bermadzhab sebagaimana definisi bermadzhab yang sebenarnya. Beliau mendengar, belajar, memahami, dari guru-guru beliau yang mendengar, belajar, memahami dari Imam Ahmad Bin Hambal (Madzhab Hambali).
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab, mendengar, mempelajari, mengerti, memahami Aqidah sebagaimana Imam Ahmad. Beliau memahami bahwa Allah diatas Arsy, Allah tidak dimana-mana, Allah punya Wajah, punya Tangan, punya Kaki (tentu tidak serupa mahkluknya), Allah Turun disepertiga akhir malam, Allah Menggulung langit dengan Tangan KananNya, Allah Menginjak geraman neraka dengan Telapak KakiNya. Allah tidak disembah lewat kuburan, Allah tidak disembah lewat perantara, dll. Sebagaimana Aqidah ini yang difirmankan Allah Azza wa Jalla, disabdakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dipahami oleh Para Sahabat, Para Salafush Shalih, Para Imam, Hanafi, Maliki, Hambali, bahkan Syafi’i. Mereka semua sama dalam memahami ini.
Seandainya Imam Ahmad tau, jikalau ada yang bemadzhab kepadanya, mengaku-ngaku Madzhab Hambali, tetapi memberontak, meneror, melawan Ulil Amri, membunuh Kaum Muslimin, tentu akan marah dan tersinggung, karena beliau tidak mengajarkan (memadzhabkan) ini.
********
Inilah yang terjadi, dimana sebaliknya sebagian saudara-saudara kita Kaum Muslimin, yang mengaku bermadzhab kepada Imam Syafi’i, namun pemahamannya, aqidahnya, ibadahnya, fiqhnya, tidak sebagaimana Imam Syafi’i (Madzhab Syafi’i).
Imam Syafi’i (Madhzab Syafi’i) yang sebagaimana gurunya Imam Malik (Madzhab Maliki), gurunya lagi Imam Abu Hanifah (Madzhab Hanafi), atau bahkan murid yang mempelajari darinya yaitu Imam Ahmad Bin Hambal (Madzhab Hambali), memahami bahwa Allah diatas Arsy, Allah tidak dimana mana, Allah punya Wajah, punya Tangan, punya Kaki (tentu tidak serupa mahkluknya), Allah Turun disepertiga akhir malam, Allah Menggulung langit dengan Tangan Kanannya, Allah Menginjak geraman neraka dengan Telapak Kakinya. Allah tidak disembah lewat kuburan, Allah tidak disembah lewat perantara, dll. Banyak saudara-saudara kita yang “katanya” bermadzhab Syafi’i, namun pemahamannya, aqidahnya, fiqhnya, kelakuannya, muamalahnya, jauh dari Imam Syafi’i.
Sebagian saudara-saudara kita Kaum Muslimin ini salah dalam memahami Madzhab Imam Syafi’i. Mereka malah memahami berbeda dari Imam Syafi’i, mereka menganggap Allah dimana-mana, Allah ada dihati, Allah tidak di Arsy, Allah tidak punya Wajah, Tangan, Kaki, Allah tidak Turun disepertiga akhir malam, hujan yang turun dari Allah dicacinya, Wudhunya tidak seperti Imam Syafi’i, Shalatnya tidak seperti Imam Syafi’i, Fiqhnya jauh dari Imam Syafi’i, tidak belajar dari sanad ilmu Imam Syafi’i, tidak pernah mempelajari, memahami, mengerti, dengan bimbingan guru yang mengambil dari Imam Syafi’i, tidak pernah mempelajari literatur ilmu dari kitab-kitab Imam Syafi’i, jangan-jangan apa kitab-kitab Imam Syafi’i saja bahkan mereka tidak tau.
Seandainya saja Imam Syafi’i tau, jikalau ada yang bemadzhab kepadanya, mengaku-ngaku Madzhab Syafi’i, tetapi malah mengatakan Allah dimana-mana, meyakini Allah tidak Turun disepertiga malam terakhir, tidak wudhu sebagaimana Imam Syafi’i, tidak shalat sebagaimana Imam Syafi’i, tidak muamalah sebagaimana ajaran Imam Syafi’i, mencaci hujan turun, meyakini rejeki dari usaha semata bukan dari Allah, meyakini ibadah di kuburan, menyembah Allah dengan berhala, dengan perwakilan, tidak percaya takdir, melakukan riba, tidak memelihara jenggot, berpakaian isbal, tidak menutup aurat, melakukan muamalah yang jauh dari ajaran Imam Syafi’i, tidak belajar dari beliau, melainkan dari apa kata orangtuanya, apa kata ustadznya, apa kata ajengannya, kyainya, habibnya, dari medsos, dari wall FB, feed IG, beranda Youtube, scroll tiktok. Tentu akan marah dan tersinggung benar beliau, karena Imam Syafi’i tidak pernah mengajarkan (memadzhabkan) ini.
********
Sungguh tragis, seseorang (Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab) yang benar bermadzhab kepada Imam Ahmad Bin Hambal (Madzhab Hambali), seorang Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang memahami agama ini dari Allah dan Rasulnya, Aqidahnya Tauhid, Ibadahnya sesuai sunnah (tuntunan), memelihara jenggot, tidak isbal, tidak mencaci hujan, wudhu dan shalat sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wasallam, muamalahnya mengharamkan riba, malah mendapat fitnah besar, Ibnu Taimiyah dipenjara, Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab, dianggap aliran baru, sesat, pemberontak, teroris, dll.
Sedangkan ada orang-orang yang masih jauh dari sunnah, tidak paham tauhid, tidak paham fiqh, tidak berjenggot, tidak wudhu tidak shalat sebagaimana mau Allah dan Rasulnya, muamalahnya Riba, Ghoror, Maisir, tetapi malah dianggap benar, menjadi rujukan, membuat ormas, membuat fatwa, mengaku-ngaku Madzhabnya Imam Syafi’i. Inilah fitnah besar, salah paham besar. Fitnah dan salah paham terhadap ajaran Imam Syafi’i (Madzhab Syafi’i)
..Wallahu a’lam..