Hooooamm!! Afwan, maaf, ngantuk banget..
Mungkin, kita sekalian tau, bahwa menguap itu bisa menular, dimana ketika melihat orang lain menguap, maka hampir pasti kita akan ikut seperti ingin menguap juga. Tetapi pernahkah kita tau alasannya kenapa menguap ini bisa menular?
Mungkin, kita pernah mengalami, ketika ada orang lain yang menguap, maka kita jadi ikutan menguap, (tanpa kita sadari). Hal yang sama sering juga terjadi ketika ada orang yang tertawa, sedih, atau mungkin sedang menggaruk garuk, kita juga kadang tidak sadar ikut terhadap gerakan/perilaku., atau perasaan orang tersebut.
Kalau tidak percaya, coba silahkan lakukan eksperimen kecil. Pada suatu tempat, dimana ada orang lain disitu, cobalah kamu menguap dan lihat sekeliling, adakah yang kira kira ikutan menguap? Atau coba garuk garuk, adakah yang ikutan garuk garuk?
___
Fenomena ini dikenal sebagai “social mirroring”. Suatu kondisi dimana akan mengikuti apa yang dilakukan orang atau suatu kelompok, dengan sadar, dan mungkin dilakukan dengan tidak sadar.
Ini, berhubungan dengan hukum asal manusia yaitu berempati, dan manusia sebagai makhluk sosial, dimana pada dasarnya kita akan mencoba untuk “align” atau sesuai dengan orang, atau sekelompok orang dilingkungan kita.
Ketika kita berada dilingkungan orang yang tertawa, kita lebih mudah untuk tertawa. Ketika kita berada dilingkungan yang sedih, maka kita besar kemungkinan untuk juga ikut merasakan sedih.
___
Lalu, bagaimana dengan lingkungan kita? Sudah lihat sekeliling? Kita berada dilingkungan seperti apa?
Seseorang yang berada, berkumpul, bergaul, bersama sama dilingkungan yang sholeh, Insya Allah seseorang tersebut besar sekali kecenderungannya untuk juga sholeh.
Seseorang yang dilingkungan tidak sholeh, maka condong sekali seseorang tersebut juga akan ikut tidak sholeh.
Seseorang yang berada dilingkungan pertemanan / pekerjaan yang haram, pergaulan yang haram, dimana sekelilingnya menganggap yang haram ini adalah biasa biasa saja, maka seseorang ini akan menganggap yang haram sebagai hal yang biasa saja.
*****
Materi diatas adalah materi yang dipelajari dan didalami didalam ilmu dunia psikiatri, sedangkan kulitnya dipelajari pada ilmu dunia psikologi.
Namun jauh sebelum kedua ilmu ini ada, Ilmu Agama telah lebih dahulu menjelaskan perihal ini dimana :
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allâh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (At-Taubah/9:119)
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi/18: 28)
Nabi Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”. (Bukhari, Muslim)
Kemudian,
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang itu mengikuti din (agama; tabiat; akhlaq) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat. (Abu Dawud, Tirmidzi)
Ulama juga mengatakan, “ Penawar hati itu ada lima : membaca al-Qur’an dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa-pen), qiyamul lail (shalat malam), berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum Shubuh), dan duduk bersama orang-orang shalih ”.
*****
Betul, ada kasus dimana seseorang yang berada dilingkungan / kelompok yang baik, kemudian pada suatu keadaan berada pada lingkungan / kelompok yang tidak baik, orang ini kemungkinan besar akan kembali kepada lingkungan / kelompoknya yang baik. Insya Allah
Namun, ada kasus yang mengerikan,
Ini lebih sering kali terjadi, dimana ada seseorang yang berada dilingkungan yang tidak baik, sebagaimana orang tersebut berusaha dirubah dan dimasukkan kedalam kelompok orang orang baik, maka orang ini akan kembali kepada kelompoknya / lingkungannya yang tidak baik. Astagfirullah.
Namun, yang paling mengerikan,
Ada seseorang berada pada lingkungan / kelompok yang baik, keluarga yang baik, teman yang shalih, bergabung pada komunitas yang membahas ilmu dan agama Allah, di lingkungan yang didalamnya banyak orang orang baik, orang orang shalih, tetapi anehnya dia tetap tidak baik. Innalillah.
Saya berdoa, semoga yang dijelaskan terakhir ini, bukanlah yang sedang membaca tulisan ini, aamiin.
..Wallahu a’lam..