Tauhid #2
Penyembahan (Uluhiyah) Kepada Allah (Shalat)
Perlu dipahami terlebih dahulu. perbedaan pemahaman atas penyembahan Kepada Allah antara zaman sahabat dan zaman setelahnya.
1. Pemahaman Aqidah (Rububiyah) Sahabat
Para Sahabat diajarkan dan dipahamkan terlebih dahulu perihal aqidah dan keimanan (Tauhid Rububiyah), langsung dari Nabi ﷺ dalam waktu yang cukup lama yaitu selama 13 tahun, barulah kemudian diajarkan dan dipahamkan oleh Nabi ﷺ mengenai ibadah (Tauhid Uluhiyah), dan juga mengenai Tauhid Asma Wa Sifat secara bersamaan selama kurang lebih 10th setelahnya.
Para Sahabat didapati tidak semua masuk (memeluk) Islam diawal-awal dakwah Nabi ﷺ, ada pula yang masuk menyusul dan belakangan. Tidak semua diajarkan Nabi ﷺ selama 13 tahun, melainkan ada yang 12 tahun, 11 tahun, 10 tahun, sebagian sahabat lain hanya beberapa tahun (Misal : Abu Hurairah), kemudian beberapa bulan, bahkan hanya beberapa pekan, beberapa hari.
Para Sahabat didapati memiliki pengetahuan dan keimanan yang berbeda-beda / bertingkat-tingkat, tidak semua sahabat memiliki keimanan yang sama.
Misal :
1. Hadits Sahabat Terbaik berturut-turut yaitu Abu Bakar, Kemudian Umar, dst. (Hadits Bukhari 3655, 3662, 3671, Muslim 2384).
2. Hadits Sahabat yang mengamalkan puasa, mengiringi jenazah, memberi makan orang miskin, mengunjungi orang sakit. Dilakukan Abu Bakar (Muslim 1028).
3. Hadits Ash Shiddiq (orang yang membenarkan) peristiwa Isra Mi’raj (Bukhari, Muslim).
4. Hadits Abu Bakar memiliki bobot keimanan 2x lipat dibandingkan Umar dan seluruh Kaum Muslimin jika kelak ditimbang di Mizan (Bukhari, Muslim)
5. Hadits Abu Bakar bersedekah dengan seluruh hartanya. (Bukhari, Muslim), dsb.
_____
Para Sahabat memiliki keimanan dan tauhid yang berbeda-beda, ada yang sangat tebal, ketebalan Iman itu ada 70 tingkatan, paling tinggi yaitu (memahami makna) perkataan “Laa Illaha Illallah”, yang terendah adalah menyingkirkan ganguan dari jalan (batu), dan rasa malu termasuk dalam iman.
Ketebalan tauhid tidak sama, para sahabat berbeda-beda ketebalan tauhidnya (namun tidak syirik). Hal ini tidak menjadi masalah, dan karena itulah sebab pengajaran tentang Tauhid diulang-ulang terus oleh Nabi ﷺ selama 13 tahun dan tidak selesai melainkan terus dilakukan di 10 tahun selanjutnya.
_
2. Pemahaman Aqidah (Rububiyah) Setelah Salaf
Para Kaum Muslimin setelah zaman Salaf, memahami Aqidah tidak seperti pada zaman Sahabat, yang mana memahami dan mempelajari dengan berbeda.
1. Mempelajari Aqidah sambil Ibadah.
2. Mempelajari Shalat x Aqidah Tidak.
3. Aqidah Keliru x Sibuk Ibadah, dsb.
______
Kesimpulan :
Aqidah dan Tauhid Sahabat, dan Kaum Muslimin setelahnya, tentu dengan kehendak Allah, Kauniah Allah (pasti) akan berbeda, (pasti) tidak sama.
Sahabat mempelajari Aqidah (Tauhid Rububiyah) dengan benar barulah mempelajari Ibadah (Tauhid Uluhiyah). Sedangkan Kaum Muslimin terkadang belum mempelajari Aqidah (Tauhid Rububiyah) dengan benar, namun sudah mempelajari / mengamalkan Ibadah. Di mana tentu output Ibadahnya (pasti) tidak sama sebagaimana sahabat.
Hal ini tidak menjadi masalah, di mana karena itulah sebabnya pengajaran Tauhid diulang-ulang terus oleh Nabi ﷺ selama 13 tahun dan terus dilakukan di 10 tahun selanjutnya. Sambil mempelajari Ibadah (Tauhid Uluhiyah).
Para Kaum Muslimin setelah zaman Salaf, dijelaskan oleh Ulama pada Syarah Kitab Tauhid, dibedakan ketebalan Aqidah dan Tauhidnya adalah
Beda fisik -> ganteng x tidak ganteng.
Beda bb -> 50kilo x 150kilo.
Beda otak -> SD x S3.
Beda harta -> 100k x 100jt.
Adapun beda iman,
Salaf :
- Merasa ditegur ketika tidak bangun malam
- Merasa ditegur ketika ada masalah dunia
- Langit mendung, takut dan muhasabah
- Melihat dosa seperti mau dijatuhi bukit
Khalaf :
- Tidak bangun malam, tidak merasa teguran
- Ada masalah, tidak merasa teguran
- Langit mendung / bencana, santai
- Melihat dosa seperti lalat di hidung
_____
Sahabat : Bertauhid Baru Beribadah
Setelahnya : Berbadah Baru Bertauhid
Note : Jika kaum setelah zaman salaf ingin bertauhid dan beraqidah dan beribadah seperti sahabat, maka perlunya terus mempelajari tauhid, selain sudah diharuskannya melakukan ibadah.
*************************
Memahami Ibadah (Tauhid Uluhiyah)
Penyembahan Kepada Allah (yang pertama yaitu shalat) sebagaimana presisi sebagaimana pemahaman Ibadah (Tauhid Uluhiyah) Para Sahabat.
1. Memahami ibadah (shalat) adalah konsekuensi setelah bertauhid. Rukun kedua, setelah dua kalimat syahadat.
2. Memahami ibadah (shalat) adalah sarana komunikasi dengan Allah, komunikasi antara hamba dengan Rabb-nya.
3. Memahami bahwa shalat adalah taman ibadah. Di dalam shalat ada berbagai macam bentuk ibadah, Al Quran, dzikir, doa, shalawat, dll.
************************
Penjelasan Tentang Ibadah Wudhu
(Dijelaskan pada kesempatan berbeda)
*************************
Penjelasan Tentang Ibadah Shalat
Perlunya memahami dan mengerti tata-cara ibadah shalat haruslah sebagaimana tata cara Nabi ﷺ dalam melakukan ibadah shalat, dari dalil : “Shalatlah kalian sebagimana kalian melihat aku shalat.” (Bukhari).
1. Niat
2. Takbir
3. Doa Istiftah / iftitah
4. Ta’awudz
5. Al Fatihah (Wajib)
6. Surat Kedua
7. Jahr / Sirr
8. Ruku
9. Itidal (Tuma’ninah)
10. Turun Sujud
11. Sujud
12. Duduk diantara dua sujud
13. Rakaat 2
14. Rakaat 3 dan 4
15. Duduk tasyahud awal/akhir
16. Salam + Dzikir Setelah Shalat.
_____
Penjelasan Tentang Ibadah Shalat
(Keutamaan Shalat)
1. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (Al Baqarah/2:45).
2. Bacalah apa-apa yang diwahyukan kepadamu dari al-Kitab dan tegakkanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu bisa melarang dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar. (Al Ankabut/29:45).
3. Shalat adalah cahaya. [HR. Muslim]. Nabi ﷺ juga bersabda : “Barangsiapa menjaga shalatnya, maka shalat itu akan menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat.” (Musnad Ahmad 2/169).
4. Penyejuk mataku (penenang hatiku) ada pada shalat (Musnaf Ahmad 3/199).
5. Bagaimana menurut kalian apabila ada sungai di depan pintu salah seseorang di antara kalian, lalu ia mandi lima kali sehari di sungai tersebut, masihkah ada kotoran yang tersisa? Para Sahabat menjawab, “Tidak akan ada kotoran yang tersisa.” Beliau ﷺ melanjutkan, “Demikianlah perumpamaan shalat yang lima waktu. Allâh Azza wa Jalla menghapuskan (dosa-dosa) kesalahan-kesalahan dengan sebab shalat-shalat itu (Bukhari, Muslim).
6. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : “Shalat yang lima waktu dan shalat Jum’at sampai shalat Jum’at berikutnya sebagai penebus atau penghapus dosa-dosa yang ada di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.” (Muslim).
7. Shalat secara berjama’ah lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian “Barangsiapa ingin perjumpaan dengan Allâh Azza wa Jalla (pada hari kiamat) besok sebagai seorang Muslim, maka hendaknya dia menjaga shalat lima waktu di tempat yang dikumandangkan adzan untuk shalat lima waktu tersebut. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mensyariatkan kepada Nabi kalian ﷺ jalan petunjuk, dan sesungguhnya shalat-shalat ini termasuk jalan petunjuk. Seandainya kalian melaksanakan shalat (lima waktu) di rumah kalian sebagaimana mutakhallif (orang yang meninggalkan shalat berjama’ah-red) melaksanakannya di rumah, berarti kalian telah meninggalkan petunjuk Nabi kalian ﷺ. Jika kalian meninggalkan petunjuk Nabi kalian maka sungguh kalian pasti akan tersesat (dari jalan Allah Azza wa Jalla). Tidak ada seorangpun yang bersuci dan menyempurnakan wudhunya, lalu dia pergi ke salah satu masjid dari masjid-masjid yang ada, kecuali Allah akan menetapkan atau menuliskan baginya satu kebaikan pada setiap langkah kakinya, meninggikannya satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan. Sungguh aku telah melihat (di zaman) kami, tidaklah ada yang meninggalkan shalat lima waktu (secara berjama’ah) kecuali orang munafik yang telah diketahui (diyakini) kemunafikannya. Dan sungguh seorang laki-laki (Muslim yang sedang sakit) dibawa (ke masjid) dengan dipapah dua orang laki-laki sampai ditegakkan di shaf. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).
8. Sengaja meninggalkan shalat berjamaah tanpa uzur maka berdosa besar, bahkan dosa kekufuran. (Bukhari, Muslim).
9. “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang hanyalah apa yang diniatkannya.” (Bukhari dan Muslim)
10. “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (Al Mukminun/23:1-11).
Menukil dari : Majmu Fatawa wa Rasail
Al Imam As Syaikh Al Ibnu Al Utsaimin
*************************
Pemahaman Bahaya Meninggalkan Ibadah Shalat
Adalah Tanda -> Tidak Bertauhid
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengatakan : “Orang yang meninggalkan shalat adalah kafir dengan kekufuran yang menyebabkan dia keluar dari Islam, dia diancam hukuman mati, jika tidak bertaubat dan tidak mengerjakan shalat.”
Imam Abu Hanifah rahimahullah, Imam Malik rahimahullah dan Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Orang yang meninggalkan shalat adalah orang fasik dan tidak kafir”, namun, mereka berbeda pendapat mengenai hukumannya. Menurut Imam Mâlik rahimahullah dan Syâfi’i rahimahullah, “Orang yang meninggalkan shalat diancam hukuman mati sebagai hadd”, sedangkan menurut Imam Abu Hanîfah rahimahullah, “dia diancam hukuman sebagai ta’zîr (peringatan), bukan hukuman mati.”
“Sesungguhnya (batas pemisah) antara seseorang dengan kemusyrikan juga kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (Muslim).
“Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka ia benar-benar telah kafir.” (Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan juga Imam Ahmad).
_____
Kekufuran yang dimaksudkan di sini adalah kekufuran yang menyebabkan keluar dari Islam. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan shalat sebagai pemisah antara orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir.
************************
Pemahaman Shalat Namun Sia Sia
1. Shalat Namun Kafir.
- Shalat Namun Munafik.
- Shalat Namun Pura Pura Islam,
- Dsb.
2. Shalat Namun Syirik / Musyrik
- Shalat Karena Selain Allah
- Shalat Karena utk Manusia / Bosnya
- Shalat Karena Riya’
- Dsb
_____
Pemahaman Tidak Shalat Namun Tidak Dosa
1. Lupa, Pikun, Pingsan, dsb
2. Terpaksa (Dipaksa / Darurat)
3. Tidak Sengaja, Tidak Tahu
_____
Mengingkari kewajiban shalat lima waktu tentu menyebabkan kekafiran bagi pelakunya yang tidak memiliki udzur bil jahhl (artinya pengingkaran dilakukan bukan karena tidak tahu hukumnya-red), baik dia masih mengerjakan shalat atau tidak mengerjakannya.
Jika ada seseorang yang mengerjakan shalat lima waktu dengan melengkapi segala syarat, rukun, dan hal-hal yang wajib dan sunnah, namun dia mengingkari kewajiban shalat tersebut tanpa ada udzur (alasan), maka orang tersebut telah kafir, sekalipun dia tidak meninggalkan shalat.
************************
Pemahaman Udzur Shalat Berjamaah
Didapati fatwa, memilih masjid, pindah masjid, termasuk udzur tidak melakukan shalat berjamaah awal waktu di masjid dan bolehnya shalat sendiri / dirumah, karena permasalahan (kendala) baru yang tidak ada pada zaman sahabat (tidak merupakan udzur di zaman sahabat) yaitu misal :
1. Imam jelas-jelas sesat
2. Masjid jelas-jelas beraliran sesat
3. Imam Masjid, dengan tata-cara salah (besar)
4. Imam, Masjid, asbab tidak khusyu’ (salah bacaan, bacaan buruk, anak kecil sangat berisik, dimana mengganggu kekusyuan shalat).
5. Urf lainnya (Macet, Shifting, dsb).
Note : Kehilangan Keutamaan 27x lipat, dsb.
************************
Pemahaman Keutamaan Shalat Sunat
-> Pengganti (menambal) shalat wajib.
(Bersambung)
Penjelasan : Aqidah Dan Tauhid
Syarah dan Taqhiq oleh : Abu Abdullah Abdurahman
..Wallahu a’lam..