...

The Black Side of Industrialism (Capitalism)

Artikel - 6 months ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

The Black Side of Industrialism
(Capitalism)


Pada saat zaman romawi, para Gladiator dibayar “sangat mahal” untuk pertunjukannya. Jika menang, mereka dibayar dengan emas yang banyak, untaian “daun emas”, dan pembebasan dari perbudakan, menjadi orang yang bebas dan kaya raya, namun apabila kalah mereka membayar dengan nyawanya (mati dicabik singa atau hewan buas yang menjadi lawannya di medan laga). 

Pada saat zaman romawi, pertunjukan gladiator ini tujuannya adalah sebagai pengalih perhatian bagi rakyat yang sibuk menonton pertunjukan, disaat yang sama “penguasa”, para industrialis sedang mengambil harta harta masyarakat.


_______________________

 

Pada zaman ini, metode yang sama masih kita dapati namun dengan pendekatan yang berbeda. Panggung gladiator saat ini adalah panggung olahraga industrialis, dimana para gladiatornya adalah para atlet industrialis dunia. Mereka para atlet membuat perjanjian (kontrak), dimana jika mereka “menyerahkan” hidupnya, dimana hidup mereka “didedikasikan” untuk para industrialis, mereka mendedikasikan dirinya untuk melatih diri dengan skill yang kompleks, agar menjadi tontonan menarik bagi dunia, mereka menukar jiwa dan raganya untuk bebas dari perbudakan dan bisa hidup mewah (hidup nyaman) dimana jika mereka menang, mereka mendapatkan kekayaan yang sangat banyak. 
Bukan rahasia lagi zaman ini, David Beckham, Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Kobe Bryan, LeBron James, Steve Curry, dan banyak atlet level dunia lainnya, adalah para Gladiator, dari kaum Industrialis. Mereka para Gladiator dibayar sangat mahal, untuk mengalihkan perhatian masyarakat, saat harta harta masyarakat diambil oleh “penguasa”, para Industrialis, adapun jika kalah, atau tidak sesuai ekspektasi, sesuai kontrak mereka (para gladiator) akan membayar dengan hidupnya (nyawanya).

 

Jangan naif, olahraga itu adalah bisnis kaum kapitalis dan industrialis, bukan murni “karir”. Betapa banyak atlet berbakat namun tidak tampil dipermukaan karena tidak bisa diajak “bekerja sama” dengan kaum elit industrialis. Aturan, sportivisme dalam olahraga, bahkan hasil perlombaan / pertandingan (skor) diatur sedemikian rupa agar memenuhi syarat entertainment, agar membius para penonton larut dalam pertunjukan gladiator, sementara itu bandar judi, kaum kapitalis dan industrialis disaat yang bersamaan sedang mencuri uang uang secara halus dari masyarakat yang terbius dengan pertunjukan gladiator tersebut.

 

Jangan naif, olahraga itu adalah industri, tidak jarang para atlet, atau gladiator modern tersebut, berasal dari kalangan ekonomi bawah (para budak) yang ingin lepas dari kemiskinan. Diperjalanannya jika skill mereka cocok untuk kepentingan kaum industrialis, mereka akan diajak bekerja sama dan membuat perjanjian, menukar hidupnya, jiwa raganya, berlatih setiap hari agar menjadi tontonan menarik, dan kaya raya, atau menukar dengan nyawanya, apabila kalah/rugi, tidak sesuai, melanggar perjanjian, mereka menukar dengan nyawanya. Kita tau CR7, LeBron James, dll, sukses luar biasa, sedangkan “KB24” hidupnya berakhir dengan tragis (kecelakaan helikopter), dan banyak lagi contoh lainnya.


_______________________

 

Selain dipanggung olahraga, hal ini juga kita dapati dipanggung hiburan (musik). Jangan naif, dunia musik bukanlah soal bakat dan karir, dimana artis/penyanyi papan atas adalah sebagai para gladiator pertunjukan. Mereka yang kebanyakan berasal dari kalangan ekonomi bawah (para budak), ingin lepas dari kemiskinan, diperjalanannya mereka membuat “perjanjian” dengan kaum kapitalis, kaum industrialis, mereka menukar jiwanya, nyawanya, dengan popularitas, ketenaran, kekayaan. Mereka mendedikasikan hidupnya untuk membuat karya seni yang mengalihkan perhatian masyarakat awam, konser konser, pertunjukan, nada dan lirik yang menghipnotis, mereka menyampaikan pesan pesan tersirat, mereka kaya raya, kaum kapitalis dan industrialis disaat yang bersamaan sedang mencuri uang uang secara halus dari masyarakat yang terbius dengan pertunjukan gladiator tersebut.

 

Industri musik adalah industri yang kejam dan menyedihkan, secara eksplisit ini pernah diutarakan oleh Agnes Mo yang lebih kita kenal sebagai Agnes Monica, seorang artis penyanyi yang mencoba masuk dunia musik barat namun gagal karena betapa berat dan kejam industri ini, dimana para “gladiator”nya harus mendedikasikan seluruh waktu dan hidupnya, idealismenya, agamanya, bahkan, nyawanya, untuk bisa terjun, dan kaya raya, di panggung pertunjukan ini. Bukan rahasia lagi telah didapati bukti dan fakta, bahkan pengakuan sebagian mereka, dimana mereka melakukan perjanjian perjanjian, bahkan perjanjian menukar nyawanya.

 

Belakangan ini kita dapati naik kepermukaan, sisi gelap dari industri panggung hiburan ini. Seorang rapper penyanyi senior sangat ternama Puff Daddy atau P. Diddy, yang kemudian menjadi produser dan penggiat industri musik barat, kedapatan sebagai kaki tangan kaum industrialis, dan dikorbankan, orang ini merupakan tokoh dibalik sukses atau tidaknya banyak artis penyanyi di dunia hiburan barat/internasional. Diketahui kebanyakan artis “East Coast” (sisi timur Amerika) dibawah naungannya. Aaliyah (Mati), Left Eye TLC (Mati), Notorious BIG (Mati), Tupac (Mati), Aaroon Carter (Mati), Jaz Z dan Beyonce (Narcistic Personal Disorder), Usher, Justin Bieber (Childhood Trauma), dan banyak lagi lainnya. P.Diddy adalah dalang sindikat kriminal, dia menjebak para calon artis (gladiator) dengan skandal seksual, industri pornografi, penyimpangan seksual, narkoba, jual beli senjata ilegal, sex komersial, industri sex, bahkan jual beli manusia. Dikabarkan pula Justin Bieber adalah salah satu korban, dia menukar masa kecilnya untuk kesuksesan di “karirnya” dalam industri ini, menukar agamanya, kepercayaannya, menukar jiwanya. Banyak artis lain kita dapati pesan eksplisit bahwa mereka adalah “budak” para industrialis kapitalis, elit global, illuminati, untuk mengalihkan perhatian masyarakat, Rihanna, Katy Perry, Taylor Swift, Bruno Mars, dll, dimana disaat yang bersamaan kaum industrialis kapitalis, sedang mencuri secara halus uang dan harta dari masyarakat yang terbius dengan pertunjukan hiburan tersebut.


_______________________

 

Taukah kita, salah satunya saja, disaat kita sedang berjuang mati matian hanya untuk sekedar hidup, macet macetan, menjadi budak korporat, dan lainnya, dimana kemudian kita menghibur diri, mengalihkan perhatian, mencari hiburan dengan acara TV, membuang waktu menonton berbagai konten dimedsos, begadang menonton pertandingan olahraga, membayar mahal untuk menonton konser musik, dan lainnya, disaat yang bersamaan uang kita sebesar Rp1.800.000/org sebenarnya sedang dicuri oleh industrialis dan kapitalis. 

 

Tambang emas (Freeport) milik kita, di Papua sedang “dicuri”, sebuah tambang emas di Indonesia yang menghasilkan Rp357.000.000.000.000/tahun. Tambang terbuka Grasberg memiliki kedalaman 1500m, dimana seandainya gedung tertinggi dunia Burj Khalifa 828m misal diletakkan disini, akan muat. Panjang terowongan tambang ini yang mencapai 1000km, ini lebih panjang dari jarak Jakarta - Surabaya. Dari tambang ini saja, mampu menghasilkan 1.700.000ons emas setara Rp357T/th. Dimana jika semua emas ini tidak “dicuri” kaum kapitalis dan indistrialis, dan dibagikan keseluruh rakyat Indonesia, masing masing dari kita akan mendapat (kesejahteraan) senilai kurang lebih 1.8M.

 

*********************************

 

Lalu, masihkah kita mau terus sibuk mengejar dunia ini, alias menjadi budak modern, menjadi petarung (gladiator) bagi para “Para Tuhan Tuhan Dunia” para penguasa, kaum kapitalis industrialis pemuja muja dunia? Kita menjadi antek kaum kafir, membohongi saudara kita yang lain, disaat “bos kita” (kaum industrialis kapitalis) sedang merampok harta saudara kita kaum muslimin.

 

Cukuplah untuk dunia ini, cukuplah jadi budak bagi “Tuhan Dunia”, tidak perlu mengejar ngejar dunia, dimana yang ternyata kita kejar kejar ini adalah bangkai anak kambing yang cacat, adalah sampah yang busuk, dimana yang kita dapati ternyata sangat kecil dibandingkan yang didapat para kaum industrialis dan kapitalis. 

 

Lalu, mau kapan kita menjadi budak bagi Allah? menjadi pembela bagi agama Allah, setelah selama ini kita bertuhan kepada tuhan dunia, mau kapan kita mempelajari, mengerti, paham, bagaimana dunia ini bekerja, apa itu hakikat dunia, apa itu hakikat dari akhirat, dan kemudian marilah kita mulai mengejarnya.

 

Cukuplah untuk dunia ini, marilah kita bekerja mengejar kepentingan dunia ini secukupnya saja, dan bekerja maksimal bagi kepentingan akhirat, Mau sampai kapan kita bersedekah sangat banyak untuk kaum industrialis dan kapitalis yang sudah kaya itu? Sebaliknya untuk Allah, untuk saudara saudara kita yang miskin dan kekurangan, kita tidak bersedekah kecuali sedikit.

 

..Wallahu a’lam..