THE SUGAR CRAVING
Pola hidup sehat, adalah slogan yang menjadi trend belakangan ini, namun sayangnya pada faktualnya sama saja, hanya berganti nama, atau bahkan lebih tidak sehat.
Palm Sugar Coffe, atau minuman kopi dengan pemanis gula aren, beberapa tahun belakangan menjadi alternatif minuman kopi yang diklaim lebih sehat, karena mengganti gula pasir menjadi gula aren, gula stevinol, yang lebih rendah kalori, lebih rendah kadar gula, lebih sehat. Namun faktualnya sama saja, bahkan didapati lebih tidak sehat.
______________________
Palm Sugar proccesed, atau juga termasuk pemanis buatan lainnya misal Tropican* Slim, termasuk yang viral belakangan yaitu St*via, merupakan jenis gula rendah kalori, yang diklaim aman bagi tubuh, tidak membuat insulin dalam darah melonjak, adalah klaim yang benar, namun secara tidak langsung memiliki efek samping yang lebih berbahaya dibandingkan gula biasa.
Palm Sugar proccesed, atau pemanis buatan lainnya (misal steviol sugar) mengalami proses tertentu sehingga menghasilkan rasa manis hingga ratusan kali dari gula biasa. Gula buatan ini cukup sedikit saja namun bisa terasa jauh lebih manis dari takaran porsi gula biasa.
Ketika kita sering mengkonsumsi rasa manis buatan, reseptor rasa manis yang ada pada lidah akan bekerja. Gula buatan dengan rasa yang jauh lebih manis akan membuat tubuh terbiasa dengan tingkat rasa manis yang lebih tinggi pula. Hal ini kemudian memicu mekanisme toleransi terhadap rasa manis akan meningkat, yang mengakibatkan konsumsi gula yang seharusnya sudah cukup akan kalah dengan rasa manis dari gula buatan. Hal ini juga memicu naiknya hormon dopamine, ketergantungan terhadap rasa manis dari gula buatan di mana perasaan tingkat stress akan turun jika kita mengkonsumsi sesuatu yang manis.
Ketika kita sering mengkonsumsi rasa manis buatan dan tubuh sudah menaikkan toleransi terhadap rasa manis dari pemanis buatan. Otak akan merangsang tubuh untuk bukan hanya meminum minuman manis namun mengkonsumsi makanan manis. Ketika kita terbiasa minum manis dengan pemanis buatan, makanan yang cukup manis akan terasa hambar, naiknya toleransi dari rasa manis akan cenderung membuat kita membutuhkan makanan-makanan dengan rasa yang lebih manis.
Tanpa disadari, mungkin minuman kita menggunakan pemanis buatan yang rendah kalori, rendah gula, namun terbiasanya tubuh mendapat rasa manis yang lebih tinggi membuat toleransi terhadap rasa manis menjadi lebih tinggi dan kemudian membuat kita lebih banyak mengkonsumsi makanan dengan rasa manis tinggi pula.
Tanpa disadari, mungkin kopinya palm sugar, es teh dengan pemanis buatan, coca colanya versi diet, minumannya versi rendah kalori, steviol sugar, atau minuman dengan gula buatan lainnya, namun makanannya kue manis, martabak manis, donat, chocolate muffin, cromboloni, dst, yang mana ini didapati tinggi kandungan gula.
*******************************
Hal diatas juga terjadi dalam rangka agama, atau dalam rangka manhaj. Di mana belakangan menjadi trend dan slogan, hijrah ke manhaj salaf, hijrah ke kajian sunnah, dll. Namun faktualnya sama saja, hanya berganti nama, tetap awam, bahkan memiliki efek samping yang lebih buruk, bukan salafi, tetapi sururi, hizbi, haroki, dll.
Manhaj Salaf menjadi trend belakangan bagi sebagian saudara-saudara kita Kaum Muslimin yang ingin beragama dengan benar, sesuai Al Quran dan Sunnah, lebih dekat dengan pemahaman Rasul dan Para Sahabat, namun faktualnya sama saja, bahkan lebih buruk.
Manhaj salaf, jika diartikan memotong celana, memelihara jenggot, dan diklaim manhaj ini, perilaku seperti ini mengikuti Nabi shallallahu alaihi wasallam, sesuai dengan syari’at adalah benar, namun ada efek samping yang berbahaya.
Manhaj salaf, diartikan disini misal yaitu dengan memotong celana, memelihara jenggot, akan membuat pelakunya sudah beragama Islam dengan benar, padahal perkara syari’at bukan hanya perkara jenggot dan celana cingkrang saja.
Ketika mereka merasa dengan memelihara jenggot dan memotong celana itu adalah pemahaman salaf, pemahaman yang benar, dia kemudian akan mentoleransi semua ibadah seakan “salaf”, atau seakan sudah beragama dengan benar. Mereka foto selfi seakan itu dibenarkan syariat, mereka demokrasi, mereka buat muamalah arisan, asuransi, koperasi, riba, seakan ini manhaj salaf, seakan ini sunnah, padahal salah.
Tanpa disadari mereka mungkin memelihara jenggot, memotong celananya hingga cingkrang, namun mereka tersesat. Tanpa disadari mereka mungkin merasa bermanhaj salaf, namun ternyata bukan, mereka sururi, hizbi, haroki, dll.
*******************************
Tidak perlu merasa “ekstrim”, merasa sudah hidup sehat dengan mengganti gula dengan gula buatan, padahal sejatinya makanannya kue, martabak, donat, dan lainnya yang masih penuh dengan gula. Tidak perlu menghindari gula, atau menganti dengan jenis gula buatan tertentu, melainkan benar-benar mengetahui apa itu gula dan mengontrol masuknya asupan gula kedalam tubuh kita.
Tidak perlu ektrim, mereka sudah salafi, sudah sunnah, dengan memelihara jenggot, memotong celana, padahal sejatinya selfi, tetapi membenarkan demokrasi, melakukan industialisme dakwah, kajian di hotel, bisnis dibalut agama, bermuamalah riba, rizwah, bid’ah, bahkan bertawasul kepada dunia, agama bukan dipakainya untuk mencari akhirat namun untuk mencari dunia.
Tidak perlu menganti sarung dengan gamis, tidak perlu menganti “saya - kamu” dengan “ana - antum”, tidak perlu merasa (paling) ekslusif, sudah merasa (paling) salafi, merasa sudah (paling) benar sendiri, merendahkan, menyalahkan, menghindari saudara / tetangga kita (yang awam). Melainkan kita benar-benar mempelajari, agar mengetahui apa itu Manhaj Salaf yang sebenarnya, mengontrol pola pikir, hati kita, perasaan kita, referensi atau bacaan, kajian, ucapan, lisan, pergaulan, perbuatan, perilaku, dan amalan-amalan kita.
______________________
Jangan merasa sudah “Sugar Free”, padahal masih konsumsi “a lot of Sugar”.
Jangan merasa sudah “Salafi”, sudah “Sunnah”, padahal masih “a lot of Bid’ah”.
..Wallahu a’lam..